Surabaya (ANTARA) - Anak usaha dari Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP), PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) mengajak perempuan maritim mengampanyekan self love atau cintai diri sendiri saat peringatan International Women’s Day.
"Memperingati International Women’s Day, kami menggelar talkshow bertema 'It Starts With Us' untuk mengedukasi perempuan maritim agar mencintai diri sendiri atau self love," kata Direktur Utama Wahyu Widodo di Surabaya, Rabu.
Kegiatan itu diikuti oleh 150 perempuan yang tumbuh dan berkarir di dunia maritim hadir dari berbagai lembaga dan institusi seperti Kartini TPS, Mutiara Pelindo yang merupakan komunitas Pegawai Perempuan Pelindo, Persatuan Istri Pegawai Pelindo (PIPP), pegawai perempuan di lingkungan Pelindo Group, Asosiasi Pengguna Jasa TPS dan Pelanggan TPS, memadati Ruang Jawa, Gedung Administrasi TPS.
"Sebab edukasi terhadap perempuan adalah edukasi terhadap suatu bangsa," kata Wahyu Widodo.
Dalam kesempatan itu, Wahyu mengatakan kesempatan berkarir dan berkarya bagi pekerja perempuan, baik di TPS, di Sub Holding Pelindo Terminal Petikemas maupun di Pelindo Group, sama dengan kesempatan untuk pekerja laki-laki.
Lebih jauh, Wahyu juga menyampaikan bahwa TPS, SPTP maupun Pelindo Group telah memiliki pedoman etika (Code of Ethic), sebagai salah satu pedoman perilaku TPS Familia dan Pelindo Group.
"Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di TPS, kami telah memiliki serta menerapkan Code of Ethic, yang mengatur bagaimana etika dalam mengelola perusahaan, penyampaian keluh kesah terkait dugaan pelanggaran etika termasuk harassment, hingga kanal pelaporannya," katanya.
"Secara sinabung, pedoman yang baik tersebut kiranya perlu disosialisasikan serta dilakukan pengukuran terhadap efektifitas pelaksanaannya," ujarnya.
Psikolog Dra. Astrid Regina Sapii Wiratna, S. Psi., mengatakan bahwa secara kodrati, perempuan telah terlatih menjadi individu yang ulet, tangguh dan mampu bangkit meskipun terpuruk.
"Maka perempuan harus yakin, apapun tantangan yang dihadapi, akan mampu dilalui," ujarnya.
Sementara aktivis perempuan, Yuliati Umrah mengingatkan bahayanya bersikap permisif terhadap perilaku-perilaku yang berpotensi mengarah kepada harassment, sehingga saling peduli dengan mengingatkan untuk perbaikan menjadi tindakan yang sangat penting.
Sedangkan Dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya Jany Purnawanty Jasfin menyampaikan pentingnya bagi semua pihak, termasuk perempuan, untuk mengetahui landasan hukum atas suatu hal.
"Karena itu akan memberikan guidance dalam mengambil tindakan, termasuk terhadap tindakan-tindakan yang membuat kurang nyaman, mengintimidasi, bahkan hingga yang masuk dalam kategori harassment," katanya.(*)