Surabaya (ANTARA) - Nasib tak ada yang tahu, rezeki juga sama. Itu terjadi pada Ibnu Tri Sulton, mantan pegawai perusahaan finance yang harus rela kehilangan pekerjaan karena pandemi COVID-19.
Ibnu harus rela melepas pekerjaannya, pandemi membuat semuanya berantakan. Dia terpaksa pensiun dini, opsi dari perusahaan tempat menggantungkan hidup. 12 tahun lamanya meniti karir di sana.
Kecewa memang, namun dia tidak mau menyerah pada keadaan yang ada. Pasrah bukan pilihan, hari esok masih terus berjalan. Kebutuhan hidup tak bisa ditunda.
Pilihannya saat membuka bisnis mini stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU merek dagang "Pertashop". Lokasi, di Kecamatan Saptorenggo, Kabupaten Malang.
Modal awal berbisnis mini SPBU berkisar di angka Rp 230-250 juta. Nominalnya belum termasuk biaya tanah dan bangunan.
Usahanya mulai berdiri tahun 2020, kemudian "Pertashop" nya dibuka 2021. Selang setahun memang, tetapi pendapatan dari kucuran bahan bakar mengalir deras.
Rata-rata, jika ditotal dalam hitungan harian mencapai 600-700 liter. Tidak termasuk akhir pekan. Hari Sabtu dan Minggu jumlah meroket, bisa sampai 1.000 liter.
"Menurut saya bisnis "Pertashop" ini masih menjanjikan. Meskipun harga BBM naik turun, tapi masih akan survive (bertahan) karena dibutuhkan masyarakat dan keberadaannya ini bisa membantu usaha kecil," kata Ibnu melalui keterangan tertulis.
Selain BBM, Ibnu juga berdagang LPG non subsidi ukuran 5,5 kilogram. Kemudian ada juga sembako, hasil kerjasama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog). Selain itu, ada layanan perbankan "Brilink" dan pos.
Inovasinya berbisnis juga menghadirkan swalayan berkonsep terbuka.
"Kalau konsumen bisa melihat apa saja produk yang dijual di swalayan, mereka akan tertarik. Atau mungkin teringat mau membeli apa setelah melihat produk kami," ujar dia.
Ibnu sudah punya rencana ke depan. Siap direalisasikan, berupa operasional kendaraan niaga roda tiga. Moda angkutan itu bakal digunakan membantu pemasaran usahanya ke masyarakat.
Dia juga akan membangun rest area untuk menarik pengunjung dalam jumlah yang lebih besar.
Ketekunannya berdampak pada perkembangan usahanya, sudah ada 10 karyawan yang bekerja untuknya.
"Pasti ada harapan. Yakinlah, Pertamina tidak akan membiarkan mitranya begitu saja," katanya.