Oleh Asmaul Chusna Blitar - "Rasanya terkekang", itulah ungkapan dari beberapa anak yang tinggal di Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Blitar, Jawa Timur, yang ditahan karena terlibat tindak kriminal. Keceriaan anak-anak yang tinggal di Lapas Anak ini seakan hanya keceriaan semu. Dibalik senyum mereka, tawa lepas mereka, ada rasa tidak puas, berontak, dan ingin segera pergi dari penjara ini. "Sebenarnya ingin cepat-cepat pergi dari sini, tapi, mau bagaimana lagi. Hukuman juga masih lama," kata Maskur (20), salah seorang penghuni di Lapas Anak. Baginya, peringatan hari anak yang jatuh pada 23 Juli tidak ada bedanya dengan hari-hari lain. Ia memang sudah tidak anak-anak lagi, melainkan sudah remaja. Pengalaman pahit mengantarkannya ada di balik jeruji. Ia terlibat dalam tindak asusila kepada seorang temannya, hingga ia harus dihukum dengan hukuman penjara sejak 2008 lalu hingga nanti 2014. Ia mengaku menyesal, karena tidak dapat bebas seperti dulu lagi. Bebas bisa bermain dengan teman-temannya, pergi kemanapun, hingga aktivitas lainnya. Tapi, dengan tinggal di Lapas, ia harus mematuhi aturan yang berlaku dan mulai hidup disiplin, sesuai dengan jadwal dan aturan yang berlaku di Lapas. Untuk menghilangkan kejenuhan, ia melakukan kegiatan membantu aktivitas di kantor, seperti bersih-bersih. Ia juga tidak menolak semua tugas yang diberikan kepadanya. "Kalau di sini, paling hanya ikut bantu-bantu saja, bersih-bersih. Kalau ada kegiatan ekstra, ya ikut," katanya, mengungkapkan. Kegiatan ekstra, kata Maskur juga adalah alat untuk menghilangkan kejenuhan di Lapas. Ia memilih mengikuti kegiatan olahraga, karena memang tak suka dengan dunia seni. "Kalau ekstra, ada grup band, karawitan, olahraga. Kalau saya, pilih olahraga, karena memang tak begitu suka dengan seni," ucap remaja yang berasal dari Kota Blitar ini. Ia juga terkadang sedih memikirkan orangtua. Keduanya memang hingga kini masih hidup, tetapi dengan kasus yang menimpanya hingga ditahan di Lapas anak, membuat tingkat kesehatan mereka juga berkurang. Walaupun mereka sempat kaget dengan kejadian yang menimpanya itu, kedua orangtua Maskur masih sering menjenguknya. Terkadang, satu bulan bisa sampai dua kali, tergantung ada atau tidaknya kerepotan di rumah. Ia juga masih beruntung, saudara-saudaranya juga masih mau menjenguk. Anak nomor lima dari enam bersaudara ini, masih diperhatikan kebutuhan sehari-harinya oleh keluarga, hingga ia juga merasa betah tinggal di Lapas. Sehari-hari, dalam kegiatan belajar mengajar, ia hanya mengikuti kejar Paket C (setingkat SMA, red). Kegiatan belajar mengajar di Lapas hanya tingkat SD dan SMP. Ham (15), siswa yang baru mengikuti UN SMP ini mengaku terbatasnya fasilitas di Lapas untuk kegiatan belajar mengajar, membuatnya sulit berkembang. Hal itu ia alami, terutama saat hendak menempuh ujian nasional pada 25-28 April 2011. Harusnya, ia bisa belajar dengan maksimal menghadapi ujian, harus kandas dengan terbatasnya sarana dan prasarana. Ia tidak dapat berbuat banyak, dan menerima segala sesuatunya. Jam belajarnya, kata dia, juga tidak seperti jam belajar di sekolah umum. Di Lapas, jam belajar mulai pukul 07.30 WIB dan pulang pukul 10.30 WIB. Terkadang guru juga terlambat datang, bahkan ada yang tidak datang sama sekali. Memperingati hari anak, 23 Juli, di Lapas, Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan Lapas Kelas II A Blitar, Muchtaroni mengatakan tidak ada kegiatan yang khusus. "Aktivitas sama seperti di hari biasa, kalau yang masuk sekolah ya masuk, tidak ada peringatan," ucapnya. Pihaknya tidak ingin dianggap tidak peduli dengan anak-anak yang tinggal di Lapas. Ia mengatakan, kegiatan mereka memang sudah ada jadwal, jadinya memang harus dipatuhi. Untuk jadwalnya, ia mengatakan kegiatan belajar mengajar mulai pukul 07.30 WIB hingga 10.30 WIB. Usai itu, mereka mengikuti ekstra kurikuler hingga pukul 11.00 WIB dan istirahat, yang diisi dengan kegiatan makan siang, sembahyang hingga pukul 15.00 WIB. Setelah itu, anak-anak yang ada di Lapas kembali melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal, yaitu bersih-bersih lingkungan hingga pukul 17.00 WIB dan langsung istirahat. Hal itu akan terulang seperti hari-hari biasa. "Aktivitas anak-anak sama seperti biasanya. Cuman, beberapa waktu lalu ada kunjungan dari Dinas Sosial memberi siraman psikologi pada anak-anak ini. Di hari anak, tidak ada kegiatan yang menonjol. Mereka beraktivitas seperti biasa, sekolah, ekstra kurikuler," papar Muchtaroni. Jumlah anak yang ada di Lapas ini, kata dia, memang cukup banyak, mencapai 270 anak. Dari jumlah itu, 221 anak di antaranya dihukum pidana, 19 lainnya anak negara, dan sisanya tahanan.
Anak Lapas Merasa Terkekang
Senin, 1 Agustus 2011 12:21 WIB