Madura Raya (ANTARA) - Para relawan di Kabupaten Pamekasan menyambut Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) dengan menggelar bakti sosial bersih-bersih sampah di sepanjang aliran sungai di wilayah itu yang banyak dibuang warga sehingga menyebabkan aliran dangkal.
"Selain dalam rangka menyambut HPSN, kegiatan ini juga sebagai bentuk kampanye kepada masyarakat agar peduli kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan," kata Ketua Forum Relawan Penanggulangan Bencana (FRPB) Pamekasan Budi Cahyono di Pamekasan, Jawa Timur, Senin.
Bakti sosial bersih-bersih sampah aliran sungai oleh para relawan di Kabupaten Pamekasan mulai 19 Februari hingga 21 Februari 2023.
Sebanyak 260 orang terlibat langsung dalam kegiatan peduli sampah yang digagas oleh para relawan, dengan melibatkan aktivis lingkungan, pelajar dan mahasiswa Pamekasan ini.
Sejumlah personel perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Pamekasan juga terlibat secara langsung dalam kegiatan aksi bersih-bersih sampah di sungai itu, seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Pemkab Pamekasan juga diundang untuk terlibat dalam kegiatan ini.
Budi yang juga Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Pemkab Pamekasan lebih lanjut menjelaskan, banjir yang terjadi di Pamekasan selama ini akibat aliran sungai meluap.
"Penyebabnya karena aliran sungai dangkal, dan salah satunya karena masih banyak warga yang membuang sampah di aliran sungai," katanya.
Beberapa lokasi yang menjadi sasaran kegiatan ini di antaranya di sekitar kaki jembatan di Sungai Kaliklowang, Sungai Kelurahan Gladak Anyar, dan Dam Sungai Bumbungan, Pamekasan.
Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) merupakan peringatan peristiwa longsornya sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Leuwigajah Cimahi yang terjadi pada tanggal 21 Februari 2005, akibat curah hujan yang tinggi dan ledakan gas metana pada tumpukan sampah di TPA, mengakibatkan 157 orang meninggal.
Karena itu, pemerintah menganggap penting adanya gerakan nasional pengendalian perubahan iklim. Salah satunya dengan adanya Program Kampung Iklim (ProKlim) yang menghimpun kegiatan yang dapat mengurangi emisi GRK.
Aksi mitigasi iklim melalui pengelolaan sampah yang dikembangkan dengan fokus pada kegiatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sehingga dapat memberikan manfaat kepada masyarakat melalui ekonomi sirkular.
Proklim merupakan program berlingkup nasional, yang dikembangkan oleh Kementerian LHK untuk meningkatkan keterlibatan semua pihak dalam penguatan kapasitas adaptasi dan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Kementerian LHK menargetkan terbentuknya Kampung Iklim sejumlah 20.000 lokasi pada tahun 2024. Hingga 2022 telah terbentuk sekitar 3.000 desa Proklim di seluruh Indonesia.
Relawan Pamekasan sambut HPSN lewat bersih-bersih sungai
Senin, 20 Februari 2023 14:57 WIB