Sidoarjo (ANTARA) - Pagi itu, 7 Februari menjadi waktu yang bersejarah. Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi saksi puncak resepsi peringatan satu abad Nahdlatul Ulama (NU).
Panitia mencatat sekitar 4,5 juta nahdliyin (warga NU) tumplek blek di dalam dan di luar stadion. Peserta yang datang dari berbagai daerah di pelosok Tanah Air, bahkan dari luar negeri, ikut meramaikan kegiatan 100 tahunan itu.
Bukti nyata jika Nahdlatul Ulama selama satu abad telah memberikan sumbangsihnya kepada Republik Indonesia. Selain meriahnya acara, efek domino yang ditimbulkan dari kegiatan berskala Internasional tersebut juga sangat terasa.
Salah satunya pergerakan ekonomi masyarakat. Pelaku usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) yang ada di Kabupaten Sidoarjo mendapatkan berkah dari perhelatan itu. Ratusan pedagang dalam radius lima kilometer terimbas langsung dengan larisnya dagangan mereka.
Penjual minuman, misalnya, menjadi sasaran utama para nahdliyin yang kehausan. Selain itu juga ada penjual alas duduk yang terbuat dari plastik yang digunakan peserta selama kegiatan.
Terbatasnya kapasitas stadion mengakibatkan tidak semua peserta bisa masuk dan tertampung di dalamnya. Mereka lebih memilih duduk beralas plastik dan melihat pelaksanaan kegiatan di luar stadion melalui layar yang dipasang di beberapa lokasi.
Pedagang lainnya, seperti suvenir pernak pernik khas NU, berupa mok, kaos, jaket, korek, pin, baju serta songkok dengan logo NU juga merasakan berkah kegiatan itu.
Warga Magersari, perumahan yang menempel dengan kompleks GOR Sidoarjo juga terciprat berkah rezeki dari peringatan seabad NU. Banyak di antara warga yang menjadi penjual kopi dadakan.
Panitia kegiatan sudah menyediakan ratusan stan yang digunakan untuk media jualan bagi pelaku UMKM.
Ada tujuh titik lokasi tempat stan tersebut berada, di antaranya di Alun-Alun Sidoarjo, Kantor UPT Dinas Sosial Pemprov Jatim dan juga di dalam kompleks GOR Sidoarjo.
Itu belum ditambah dengan penjual dadakan yang berada di areal parkir bus dan kendaraan pribadi.
Pada urusan transportasi juga ada jasa angkutan ojek dalam jaringan yang sengaja disewa oleh panitia untuk membantu peserta dari lokasi parkir menuju ke lokasi acara yang jaraknya agak jauh. Ojek tersebut gratis dan peserta bisa memanfaatkan layanan tersebut selama kegiatan berlangsung untuk mobilisasi peserta.
Masyarakat di Sidoarjo juga memberikan dukungan dengan menyediakan nasi bungkus dan juga minuman teh atau kopi kepada peserta. Pergerakan perekonomian ini tidak bisa dicapai dengan mudah kalau tidak ada kekompakan dari masyarakat dan juga kepala daerah.
Panitia mengklaim jika transaksi yang dihasilkan dalam perhelatan tersebut bisa mencapai Rp500 miliar. Sangat mungkin jika dikalkulasi setiap orang mengeluarkan uang Rp100.000 untuk belanja dikali dengan 4,5 juta warga yang hadir.
Jumlah itu belum dihitung dengan transaksi untuk kebutuhan hotel, penginapan, sewa bus, dan juga yang menggunakan pesawat.
Nahdlatut Tujjar Fest
Mengawali rangkaian peringatan seabad NU di Kabupaten Sidoarjo, panitia menggelar "Nahdlatut Tujjar Fest", sebagai upaya membantu para pelaku UMKM untuk menjual dagangannya dalam kegiatan itu.
Nahdlatut Tujjar disebut sebagai cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama, khususnya bidang ekonomi tersebut, digelar selama sepekan sejak Rabu (1/2).
Festival yang mendorong gerakan gerakan ekonomi ini berlangsung pada 1-7 Februari 2023, diikuti oleh 400 stan UMKM yang menawarkan berbagai produk, mulai makanan, minuman, suvenir, hingga produk teknologi. Kegiatan ini tersebar di tujuh lokasi yang berpusat di Alun-Alun Sidoarjo.
Kegiatan sampingan dari peringatan 1 abad NU itu bukan merupakan upaya kekuatan ekonomi berbasis individu, namun melangkah menuju ekosistem ekonomi bisnis berbasis korporasi untuk mewujudkan SDM NU yang unggul menghadapi generasi emas.
Di sela pelaksanaan Nahdlatut Tujjar Fest juga dilakukan diskusi bagaimana meningkatkan kapasitas pelaku UMKM yang ikut dalam kegiatan itu. Hadir dalam kegiatan itu, Zahlul Yussar, selaku Pembina Paguyuban UMKM Sidoarjo.
Dia mengapreasiasi kegiatan yang dihadiri Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, serta sejumlah menteri dan pejabat itu karena usaha masyarakat, mulai hotel, rumah makan, warung kopi, usaha sablon, ojek sepeda motor, hingga jasa parkir, mendapat dampak ekonomi.
Bahkan, banyak rumah warga yang disewa oleh Pemkab Sidoarjo maupun pemda lain sebagai tempat penginapan jamaah dari luar kota. Ini menjadi berkah bagi Sidoarjo sebagai tuan rumah 1 Abad NU. Ekonomi tumbuh dan bergerak, terutama UMKM.
Jual beras murah
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Muslimat NU dan Pemprov Jatim menggelar operasi beras murah yang dijual di bawah harga eceran tertinggi (HET). Hasilnya tercatat 16 ton beras berkualitas bagus itu habis diborong oleh kaum nahdliyin.
Bekerja sama dengan BUMD Pemprov Jawa Timur, yaitu PT Jatim Graha Utama, Muslimat NU menggelar Operasi Pasar Hidmah Satu Abad NU dengan menjual beras murah untuk masyarakat.
Sebanyak 16 ton beras berkualitas bagus dikemas dalam bungkus berukuran 5 kilogram, yang disambut antusias dan diserbu oleh jamaah peserta yang hadir.
Operasi pasar beras murah sangat membantu masyarakat. Operasi ini memberikan fasilitas pada masyarakat untuk mengakses beras berkualitas dengan harga yang terjangkau.
Beras di operasi pasar itu dijual di bawah harga eceran tetap (HET), yaitu Rp45.000 dengan kemasan 5 kilogram. Artinya per kilogram beras dijual dengan harga hanya Rp 9.000.
Saat ini, Pemprov Jawa Timur juga tengah aktif menggelar operasi pasar di sejumlah titik, khususnya di titik-titik pasar di Jatim. Dengan harapan operasi itu akan meningkatkan daya beli masyarakat dan membantu harga beras segera stabil.
Pelaksanaan kegiatan Aeabad Nahdlatul Ulama banyak yang memerikan apresiasi dan dinilai sukses tanpa adanya kendala berarti. Peserta yang hadir bisa mendapatkan berkah, termasuk pergerakan ekonomi masyarakat agar bisa cepat pulih setelah sempat terganggu oleh pandemi COVID-19.
"Indonesia, selamat datang di abad kedua NU. Dunia, selamat datang di abad kedua NU." Kalimat itu merupakan salah satu petikan dari sambutan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf yang membahana.