Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan kabar tentang penculikan anak sekolah di Kota Pahlawan, Jawa Timur (Jatim), yang ramai di media sosial atau grup WhatsApp (WA) akhir-akhir ini adalah hoaks.
"Pak Kapolda Jatim juga sudah menyampaikan bahwa isu itu di Jatim adalah hoaks. Kemarin memang ada kabar penculikan anak di sekolah, saya cek ternyata tidak ada," kata Eri Cahyadi dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, kabar tentang penculikan anak sama halnya dengan isu mengenai geng motor yang diunggah ulang. Meski tidak diketahui pasti kapan itu dibuat, namun video atau foto yang beredar di media sosial (medsos) atau grup WA, dipastikan sudah lama.
"Ini sama dengan geng motor, sudah tidak ada, dibilang ada, video lama diputar. Akhirnya Pak Kapolres turun (mengecek) yang membuat video siapa, video tahun berapa, kan tahu semua. Sama seperti Pak Kapolda kemarin menyampaikan bahwa terkait ini (penculikan anak) adalah hoaks di Jatim," kata Cak Eri, panggilan akrabnya.
Ia mengimbau kepada masyarakat, khususnya orang tua, agar tetap tenang ketika mendapatkan kabar tentang penculikan anak. Meski kabar itu dipastikan hoaks, dia juga meminta masyarakat agar waspada.
"Makanya bapak ibu harus tenang hatinya. Kedua, tidak boleh jumawa, pastikan anaknya yang menjemput (sekolah) siapa," ujarnya.
Selain pihak sekolah, menurutnya, peran para orang tua dalam menjaga sang buah hati juga penting. "Kalau (anak) pulang sekolah jangan dilepas begitu saja. Kalau orang tuanya bekerja, pasti ada orang yang dipercaya untuk menjemput, (misal) becak yang menjadi langganan, mungkin begitu, atau siapa itu. Ayo jaga bersama-sama," ucapnya.
Cak Eri menyatakan sebelumnya Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya telah mengimbau para orang tua dapat memastikan siapa yang menjemput anaknya. Meski begitu, tidak semua orang tua sanggup menjemput anaknya dikarenakan bekerja.
"Di sekolah sudah mengatakan, tapi tidak semua orang tua bisa menjemput karena bekerja. Makanya ketika dia (orang tua) bekerja, siapa yang menjemput anaknya. Pamannya, ataukah tukang becak yang dipercaya," ujar dia.
Selain itu ia juga telah meminta Dispendik Surabaya agar ketika siswa belum dijemput orang tua, supaya dibiarkan dahulu di dalam kelas. Khususnya bagi para siswa yang masih berada di jenjang Sekolah Dasar (SD).
"Kemarin sudah saya sampaikan ke Dispendik, bisa tidak kalau kelasnya cukup, waktunya pulang, biarkan di dalam kelas dulu. Nanti kalau sudah ada yang menjemput baru dipulangkan. Kelas berapa sampai kelas berapa, untuk yang kecil-kecil. Kalau yang besar-besar sudah lebih mengerti," katanya.
Cak Eri menilai orang yang membuat atau menyebar kabar penculikan anak sekolah ini disinyalir ingin membuat kegaduhan di tengah masyarakat. Walaupun demikian, dia kembali memastikan jika kabar yang beredar adalah hoaks.
"Karena ada yang laporan di sekolah (penculikan anak) ini, tapi tak cek juga nggak (tidak) ada. Berarti ada hoaks itu, berarti (ada orang) yang senangnya membuat ketidaktenangan atau gaduh," kata dia.