Situbondo (ANTARA) - Desa Patemon, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, secara geografis desa ini merupakan daerah perbukitan lereng Gunung Putri. Mayoritas penduduknya bertani di ladang.
Yang menarik dari desa ini adalah, adanya situs-situs prasejarah zaman megalitikum berupa batu kubur (pandhusah) yang tersebar di beberapa titik. Selain itu ada pula tumpukan batu tua megalitikum yang hampir mirip dengan yang ada di Gunung Padang.
Selain dua ikon menarik itu, yang tak kalah menarik perhatian adalah masih banyaknya warga Desa Patemon, menghuni rumah tabing tongkok. Tabing tongkok sendiri bisa didefinisikan sebagai rumah berbahan kayu (umumnya kayu jati) yang ruang tamunya dibuat semi terbuka dengan ukiran khas pada tabing tongkok-nya (bagian depan) dan tabing tengah (pembatas antara ruang tamu dan ruang berikutnya (biasanya difungsikan sebagai kamar tidur).
Pada tahun 2019, rumah-rumah tabing tongkok di Desa Patemon mendapat bantuan rehabilitasi dari pemerintah melalui program Rumah Tinggal Layak Huni (RTLH).
Yang mengesankan adalah warga Desa Patemon penerima program menginginkan model rumah tabing tongkok mereka tetap dipertahankan. Karena itu yang terealisasi, kemudian lantai dikeramik dan kayu-kayunya yang sudah rapuh diganti atau diperbarui. Warga juga dibuatkan kamar mandi dan beberapa perbaikan lainnya.
Data Pemerintah Desa Patemon, jumlah rumah tabing tongkok yang ada waktu itu sekitar 117 rumah. Namun, seiring perkembangan waktu tidak menutup kemungkinan ada pertambahan karena adanya warga yang berumah tangga, kemudian membuat rumah baru dengan model tabing tongkok.
Desa Patemon terbilang sebagai pelopor gerakan wisata ke desa di Kabupaten Situbondo dan sekitarnya, dan sekaligus dikenal sebagai desa megalitik. Kunjungan wisatawan terbilang cukup banyak. Tak hanya dari sekitar Kabupaten Situbondo, dari luar daerah pun berdatangan, terutama dengan kepentingan penelitian. Karena itu di Dusun Ngabinan, Desa Patemon, banyak rumah warga (tabing tongkok) yang difungsikan sebagai homestay.
Tamu yang datang dan menginap di homestay berbaur dengan pemilik rumah, mengalami langsung aktivitas warga di ladang, memasak dengan kayu bakar dan tungku tanah dan makan di dapur yang masih sangat tradisional dengan menu masakan yang juga masih alami. Hal itu tentu menjadi pengalaman sangat berkesan, terutama bagi warga perkotaan yang merindukan momen-momen masa kecil mereka.
Jika beruntung, para tamu yang menginap bisa menyaksikan dan merasakan langsung tradisi gotong royong warga kampung dalam membangun rumah maupun ketika memulai tanam dan panen di ladang. Tradisi gotong royong semacam itu biasa disebut kajhegen.
Dalam kajhegen mendirikan rumah, warga bahu-membahu tanpa ada imbalan materi sepeserpun. Tuan rumah cukup menyediakan makan minum seadanya. Demikian pula saat musim tanam dan panen. Mereka yang masing-masing punya lahan bergantian kajhegen secara sukarela.
Tradisi gotong royong warga Desa Patemon yang terus berlangsung hingga sekarang itu seharusnya bisa dipublikasikan secara luas supaya bisa menjadi model percontohan bagi kelompok masyarakat di daerah lain di seluruh Indonesia. Karena itu peran semua pemangku kepentingan dalam hal ini sangat dibutuhkan.
Rumah tabing tongkok dan tradisi "kajhegen" di Situbondo
Senin, 23 Januari 2023 15:15 WIB
Yang mengesankan adalah warga Desa Patemon penerima program menginginkan model rumah tabing tongkok mereka tetap dipertahankan