Gresik (ANTARA) - Direktur Keuangan dan Umum Petrokimia Gresik Budi Wahju Soesilo dinobatkan sebagai "Indonesia Best Chief Financial Officer (CFO) 2022" dengan predikat penilaian "Very Good" oleh SWA Media Grup secara daring, karena telah mampu menghantarkan Petrokimia Gresik memiliki kinerja moncer.
Dalam siaran pers yang diterima di Surabaya, Soesilo menyampaikan, sejak pandemi COVID-19 hingga saat ini, sektor keuangan industri secara global menghadapi tantangan dahsyat, mulai dari naiknya biaya-biaya yang disebabkan tingginya inflasi, suku bunga, hingga krisis global. Begitu juga tuntutan investasi di bidang teknologi juga semakin besar untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.
"Alhamdulillah Petrokimia Gresik mampu beradaptasi menghadapi tantangan-tantangan yang ada selama pandemi COVID-19 maupun masa kebangkitan ekonomi pascapandemi. Hal ini ditunjukkan dari kinerja keuangan perusahaan yang menunjukkan tren positif," ujar Soesilo.
Hingga Agustus 2022, lanjutnya, net income Petrokimia Gresik mencapai lebih dari Rp2 triliun, atau sekitar 146 persen dibandingkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2022 yang besarnya mencapai Rp1,13 triliun.
Menurut dia, kinerja keuangan tersebut diperoleh setelah perusahaan berhasil menghadapi gempuran tantangan, termasuk di bidang keuangan.
"Pertama adalah kenaikan harga bahan baku utama pupuk yang sebagian diperoleh melalui impor, antara belerang, phosphate rock, amoniak, asam fosfat, asam sulfat, diammonium phosphate (DAP), dan KCL," ujarnya.
Tak hanya itu, menurut dia, konflik peperangan di kawasan Eropa yang hingga saat ini terjadi juga memberikan dampak terhadap harga bahan baku pupuk tersebut, di sisi lain, bahan baku yang diperoleh dari impor menyebabkan cash outflow Petrokimia Gresik dalam bentuk Dollar Amerika Serikat.
"Padahal cash inflow kami dalam bentuk Rupiah. Volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat juga menjadi tantangan tersendiri bagi Petrokimia Gresik," katanya.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, lanjutnya, Petrokimia Gresik telah mengantisipasi peningkatan kebutuhan modal kerja akibat kenaikan nilai rupiah dengan menjamin ketersediaan sumber pendanaan yang beragam.
Selain itu, Petrokimia Gresik juga melakukan efisiensi melalui Cost Reduction Program (CRP) pada semua lini operasional, adapun hasil dari program CRP yang dilakukan Petrokimia Gresik hingga Oktober 2022 telah mencapai Rp194,7 miliar.
"Pesaing kedepan tidak hanya produk dari dalam negeri, tapi juga pupuk impor yang harganya jauh lebih murah. Kompetitor kami yang berasal dari luar negeri adalah mereka yang memiliki bahan baku, bisa jadi ongkos produksi mereka juga lebih murah," ucapnya.
Sementara dalam implementasi ESG (Environment, Social and Governance) di bidang keuangan, Petrokimia Gresik juga memiliki program Distributor Financing, yakni bekerja sama dengan perbankan untuk memberikan pendanaan kepada distributor sehingga penebusan pupuk non-subsidi bisa dijalankan dengan mudah.
"Produk-produk inovatif Petrokimia Gresik apabila tidak didukung oleh jaringan distribusi yang baik, maka akan mustahil memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan," ujar Soesilo.
Terakhir, ia pun mengungkapkan strategi-strategi keuangan yang dijalankan Petrokimia Gresik sejatinya tidak hanya memberikan dampak positif bagi perusahaan semata, tapi juga memiliki rantai manfaat bagi kesejahteraan petani, kemajuan serta keberlanjutan pertanian Indonesia maupun ketahanan pangan nasional.
"Prestasi ini merupakan capaian bersama, buah kolaborasi semua sektor yang ada di Petrokimia Gresik, karena itu saya dedikasikan untuk perusahaan. Prestasi ini berhasil dicapai berkat dukungan tim dan sistem yang baik sehingga Petrokimia Gresik mampu menjalankan bisnis ini dengan baik dan lancar," katanya.(*)