Berlin - Penampilan kelompok musik Krakatau yang memadukan music jazz rock dan gamelan tampil memukau dalam konser yang berlangsung gedung Kesselhaus Kulturbarauer, Berlin, Kamis malam. Penampilan kelompok Krakatau yang dimotori Dwiki Dharmawan di gedung KulturBarauer adalah dalam rangkaian Festival Budaya Jakarta Berlin art Festival yang berlangsung dari tanggal 25 Juni hingga 1 Juli mendatang. Dwiki Dharmawan kepada koresponden Antara London, Jumat, mengatakan penampilan Krakatau di Jerman merupakan yang pertama kalinya sepanjang perjalanan karir Krakatau. "Kami merasa puas dengan apresiasi masyarakat Jerman yang sangat antusias dengan musik kami," ujar Dwiki yang mengakui bahwa ia berharap dapat ikut mensukseskan acara Jakarta Berlin Art Festival yang merupakan kerja sama dari Sister City Jakarta Berlin. Menurut musisi kelahiran Bandung, 19 Agustus 1966, suatu even yang sangat bagus yang merupakan kelanjutan dari kerja sama sister city serta saling kunjung antara kedua pejabat tinggi dari Jerman dan Indonesia. "Penampilan Krakatau di Jerman adalah untuk pertama kalinya," ujar Dwiki menambahkan bahwa Krakatau yang memasuki tahun ke 27 sejak didirikan tahun 1984 di Bandung sudah sering tampil di Eropa seperti di North Sea Jazz, Monterux Jazz, Spanyol, Perancis, Italia dan Negara di Eropa lainnya tetapi untuk Berlin dan Jerman baru kali ini. Pada penampilan Krakatau di gedung bersejarah Kesselhaus Kulturbarauer sebagian besar penonton adalah masyarakat Berlin penggemar musik dan hanya sebagian kecil mahasiswa Indonesia dan pecinta Indonesia, yang "terpuaskan". Banyak juga penonton dari Belanda yang khusus datang ke Berlin untuk melihat pertunjukan Krakatau yang mengusung Eksplorasi Musik seantero nusantara dengan ramuan "World Music-Fusion". Ketua Panitia Jakarta Berlin Art Festival, Martin Jankowski, membuka acara dan Krakatau langsung menggebrak konser dengan komposisi berturut turut Genjring Party, Shufdlendang, dan Egrank Funk . "Saya surprisse sekali karena penonton sangat senang dan kami mendapatkan big aplause, bahkan ketika Ubiet menyanyi dalam bahasa Pulau Rote lagu Uhang Jaeuh, Bahasa Flores lagu Bunga Tembaga dan bahan Bahasa Aceh Tarek Pukat penonton terpukau bahkan tak tahan menari dan berjingkrak-jingkrak," katanya. Idiom vokal yang ditampilkan Ubiet demikian Nyak Ina Raseuki biasa disapa yang semakin unik ketika bersama Dwiki ber 'duo' membawakan "The Spirit of Berlin". Bassist Pra b Dharma mendemonstrasikan kebolehannya memainkan Fretless bass dengan permainan dari Swing sampai teknik 'chopping' yahg unik ketika berinteraksi dengan permainan kendang Ade Rudiana. Tidak kalah seru juga Multi Instrumentalis Yoyon Darsono yang mendemonstrasikan kepiawaiannya memainkan Tarompet Sunda dengan mencopot-copot satu persatu Terompet nya dan terus mendemonstrasikan bunyi-bunyi unik bahkan sampai membuat penonton terpukau. Pada bebepapa komposisi pemain gamelan Zainal Arifin memukau publik dengan improvisasi pada alat musik Bonang, yang tidak lazim dilakukan oleh pemain gamelan. Dwiki Dharmawan memainkan 'Micro Tuning " Synthesizser tapi sekaligus juga memainkan Piano ala Barat. Kedua 'scale' yang berbeda (pentatonik dan diatonik" bersanding sedemikian rupa sehingga menghasilkan perpaduan yg begitu harmonis. Kemudian Dwiki berkesempatan memainkan "Cengceng Bali" pada intro komposisi Rhythm of Reformation. Kali ini Ade Rudiana dan Zainal Arifin melakukan dialog perkusi-drums dengan drummer Gerry Herb Siwalette. Penonton sampai dua kali meminta Encore dan Krakatau memberikan hadiah lagu asli betawi "Gado Gado Jakarta" yang di aransemen dengan unik dan yang membuat penonton terpuaskan . General Manager Jakarta Berlin art Festival Lars Jongen mengatakan bahwa tanpa mengecilkan arti penampilan musisi lainnya penampilan Krakatau merupakan penampilan terbaik selama Jakarta Berlin Art Festival. Dalam penampilannya Krakatau menyanyikan komposisi Bubuka-Genjring Party, Shufflendang, Egrang Funk, Tugu hegar, Bunga Tembaga, Uhang Jaeuh, The Spirit of Berlin, Celebes Fantasy, Tarek Pukat dan Rhythm of Reformation. Musisi Krakatau yang tampil bersama Dwiki Dharmawan yang main Piano, Micro Tuning Synthesizer dan Cengceng, Pra B Dharma ("Slendro" Fretless Bass), Ade Rudiana (Kendang), Zainal Arifin (Bonang/Kendang), Yoyon Darsono (Tarompet/Rebab/Suling). Ubiet (Nyak Ina Raseuki) dan vocal Gerry Herb Drums Sementara itu Agus Setiawan Basuni dari wartajazz mengakui seperti pada penampilan-penampilannya di mancanegara kembali, kali ini Krakatau menggebrak publik Berlin. Krakatau adalah kelompok musik yang unik karena mengusung musik Karawitan yang diprogresi sedemikian rupa sehingga bersatu dengan `modern sound'. Menurut Agus, awalnya ide ini ditolak oleh banyak kalangan tradisi, dan oleh kalangan jazz diperdebatkan apakah masuk kategori jazz atau tidak. Tapi waktu membuktikan bahwa Krakatau berada didua dunia sekaligus, world music dan jazz bahkan North Sea Jazz Festival menempatkan mereka pada satu kategori yang merupakan kombinasi yaitu World Fusion. Krakatau telah menjejakkan karir musik lebih dari 27 tahun, dan merupakan kelompok jazz tertua di Indonesia yang masih konsisten menghasilkan karya dan manggung, meski lebih sering tampil di mancanegara ketimbang menghibur publik jazz Indonesia. Indonesia sangat bangga punya Krakatau yang selalu membuktikan kepiawaiannya sebagai duta budaya bangsa Indonesia dimanapun berada, ujar Basuki. Saksi sejarah musik indonesia Sementara industri musik di tanah air sepertinya sangat berpihak kepada musik popular yang cenderung instant dan murahan, di dunia internasional Krakatau terus membuktikan integritasnya dalam bermusik. "Jakarta Berlin Arts Festival kali ini menjadi saksi sejarah musik Indonesia di blantika internasional," ujarnya. Kelompok music Krakatau menurut rencana akan kembali ke tanah air, pada tanggal 3 Juli mendatang, sementara Dwiki Dharmawan akan melanjutkan penampilannya bersama grupnya sendiri Dwiki Dharmawan World Peace Ensemble. Dwiki Dharmawan bersamam grup nya World Peace Ensemble akan terus menjelajah Eropa dan akan tampil di Ratthaus/City Hall Vienna pada tanggal 10 Juli mendatang serta di Jazz Wina Festival ?Jazzwien 2011. Menurut Dwiki, kehadiran kelompok music Krakatau di Berlin tidak diduga sebelumnya. "Saya sangat suprais mendapat undangan untuk mengisi acara festival budaya Jakarta Berlin Art Festival," ujarnya. Grup music yang mengusung eksplorasi music etnik itu dipromosikan sebagai grup music jazz legendaries, karena memang latar belakang Krakatau dulu adalah rock jazz, Suami penyanyi Ita Purnamasari ini mempresentasikan kehidupan kota Jakarta yang multicultural kedalam musik Krakatau yang banyak dipengaruhi dengan berbagai kultur yang ada.
Krakatau Tampil Memukau di Jerman
Sabtu, 2 Juli 2011 6:06 WIB