Surabaya (ANTARA) - Universitas Surabaya mengajak perangkat Desa Ketapanrame, Kabupaten Mojokerto melakukan studi banding ke Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Amartha di Sleman, Desa Wisata Tinalah Kulon Progo, dan Pasar Papringan Ngadiprono, Yogyakarta.
"Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program Matching Fund yang dilaksanakan selama tiga hari dari 11-13 November 2022," kata Ketua Tim Matching Fund Ubaya, Hari Hanato S.E., M.Ak., dalam keterangannya yang diterima, Minggu.
Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika mengatakan sengaja merancang studi banding ini dalam rangkaian program Matching Fund, supaya kami dan Kades Ketapanrame beserta jajarannya mendapat pengetahuan lebih.
"Selain itu, kades dan jajarannya diharapkan mendapatkan ide dan gagasan yang dapat diimplementasikan walau dengan penyesuaian dan modifikasi,” ucapnya.
Program hibah Matching Fund tahun kedua ini berjudul “Scale Up Industri Pariwisata: Digitalisasi dan Layanan Jasa Pariwisata Berbasis Edukasi Di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto”. Setidaknya terdapat 3 program utama yang diusung yakni digitalisasi desa, edu tourism, dan pengelolaan zero waste.
Ketiga lokasi yang dipilih untuk studi banding sudah sesuai dengan kebutuhan pengembangan desa Ketapanrame khususnya yang diyakini akan mengembangkan wisata sawah Sumber Gempong.
Desa Ketapanrame Trawas sudah mengembangkan potensi desa dengan keindahan alam yang dimiliki sejak 2016. Dua tahun terakhir, Desa Ketapanrame menjadi mitra dalam program hibah Matching Fund dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).
Pada tahun pertama, Tim Ubaya mengembangkan potensi desa wisata taman Ghanjaran di Dusun Ketapanrame, Desa Ketapanrame. Tahun 2022, Ubaya membantu pengembangan potensi wisata sawah Sumber Gempong di Dusun Sukorame, Desa Ketapanrame.
Kepala Desa Ketapanrame Zainul Arifin mengungkapkan bahwa studi banding ke BUMDes Amartha, Desa Tinalah dan Papringan memberikan ide yang bermanfaat untuk pengembangan desa.
"Saat kami di Amartha, saya mendapat inspirasi tentang mekanisme mengolah sampah karena masalah terbesar di desa Ketapanrame adalah sampah. Kami kesusahan dan mendapat pencerahan saat di sana,” ungkap Zainul.
Pengembangan BUMDes di Indonesia menjadi penting dilakukan. Desa diharapkan tidak bergantung dari dana desa, namun bisa mandiri. Langkah awal dengan membentuk BUMDes.
Di lingkup desa, BUMDes adalah instansi yang mampu memberi peluang dan kesempatan bagi warga untuk berkarya sesuai dengan skill. Sebagai wadah untuk berjualan atau memperlihatkan produk unggulan warga.
"Keberadaan BUMDes harus memberikan dampak ekonomi kepada masyarakatnya, serta membantu mencarikan solusi permasalahan desa," ujar Sekretasi BUMDes Amatha Pondoworejo, Sri Nurtanti.
Kunjungan ke Desa Wisata Tinalah guna mempelajari konsep digitalisasi yang diimplementasikan di sana. Dewi (Desa Wisata) Tinalah masuk dalam 30 besar pencarian kunci terbanyak di internet pada November 2022.
Digitalisasi yang diterapkan di Dewi Tinalah membuat desa ini mendapat Juara Desa Digital ADWI 2021 dan Meraih 3 Penghargaan Creative Tourism Destination Award 2022.