Surabaya (ANTARA) - Shin Tae-yong semakin populer di Tanah Air. Kecintaan rakyat Indonesia yang mayoritas pecinta sepak bola sampai menyatakan rela menggalang sumbangan untuk menggajinya seandainya PSSI tidak punya cukup biaya. Juru taktik sepak bola asal Korea Selatan itu membalas kecintaan masyarakat Indonesia dengan prestasi.
Pertama, bulan Juni lalu meloloskan Tim Nasional (Timnas) Senior sepak bola Indonesia ke putaran final Piala Asia 2023 setelah absen selama 15 tahun.
Kedua, pertengahan September lalu mengantarkan Timnas sepak bola kelompok umur 20 (U-20) ke putaran final Piala Asia 2023.
Ketiga, dalam sepekan terakhir, dua kali memimpin Timnas Senior mengalahkan Curacao yang meski negaranya tidak terkenal tapi levelnya beda tingkat di atas Indonesia dalam pertandingan persahabatan FIFA.
Prestasi tersebut membahagiakan masyarakat Indonesia. Menumbuhkan semangat hidup masyarakat di tengah ancaman inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Kemenangan demi kemenangan yang diraih Timnas di bawah asuhan Shin Tae-yong membuat masyarakat sejenak melupakan tensi politik yang mulai memanas jelang Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden 2024.
Mungkin seperti itu pula euforia yang selama ini dirasakan rakyat di negara-negara Amerika Selatan dan Afrika, yang tingkat kemiskinan dan tatanan politiknya terbilang lebih kacau dari Indonesia.
Hanya satu kebanggaan yang mengobarkan semangat hidup rakyat seperti di Argentina, Brazil dan Nigeria selama ini, yaitu tim sepak bolanya sering menang di pentas dunia.
Sesederhana itu sebenarnya memberi kebahagiaan dan semangat hidup kepada masyarakat di Negara yang mayoritas miskin.
Kebahagiaan dan semangat hidup yang baru saja dirasakan oleh masyarakat Indonesia semenjak kehadiran Shin Tae-yong, yang selama tiga tahun terakhir bekerja keras membenahi sistem liga dan kepengurusan federasi sepak bola di Tanah Air yang konon dikuasai mafia.
Sementara para suporter fanatik klub sepak bola di Tanah Air mayoritas harus bekerja keras banting tulang dulu mengais rezeki berlebih demi bisa membeli tiket untuk masuk ke stadion, dengan pertandingan terjadwal setiap pekan sepanjang musim.
Sebenarnya tertanam di setiap jiwa suporter bahwa kalah menang adalah hal yang biasa dalam setiap pertandingan olahraga.
Namun menjadi tidak biasa jika tim kesayangannya tidak pernah menang sehingga melampiaskan kekecewaannya dengan berbuat rusuh. Kedewasaan suporter untuk menerima kenyataan timnya yang selalu kalah sulit terbangun dengan kondisi kehidupannya yang rata-rata masih tergolong susah.
Tanggung jawab terletak pada masing-masing pengelola dan pengurus klub sepak bola di tiap strata liga Indonesia apakah punya niatan untuk membahagiakan dan memberi semangat hidup suporter fanatiknya dengan menyuguhkan komposisi pemain yang layak, demi menghasilkan pertandingan yang kalau tidak bisa menang setidaknya menghibur, sportif dan fair play.