Semarang (ANTARA) - Polisi mengungkapkan uang Rp120 juta yang digunakan Kopda M (Muslimin) untuk mengupah pembunuh bayaran yang ditugaskan menghabisi nyawa istrinya, Rina Wulandari, diduga berasal dari mertuanya yang seharusnya digunakan untuk biaya pengobatan rumah sakit.
"Jadi, salah satu pegawai di rumah Kopda Muslimin ini ditelepon untuk meminta uang kepada ibu mertuanya guna biaya rumah sakit," kata Kapolrestabes Semarang Kombes Polisi Irwan Anwar di Semarang, Rabu.
Baca juga: Pembunuh bayaran istri prajurit TNI di Semarang diupah Rp120 juta
Pegawai yang bertugas merawat burung peliharaan Kopda Muslimin tersebut mengaku diperintahkan untuk mengambil uang Rp120 juta dari ibu mertua Kopda Muslimin dengan alasan untuk biaya pembayaran rumah sakit.
Kopda Muslimin kemudian memerintahkan lagi pegawai itu untuk meminta tambahan Rp90 juta dengan alasan biaya rumah sakit masih kurang.
"Ternyata Rp120 juta itu diberikan kepada para pelaku penembakan, sedangkan uang Rp90 juta digunakan untuk melarikan diri," kata Kombes Irwan.
Baca juga: Kasus penembakan istri TNI, Kopda M empat kali lakukan percobaan pembunuhan
Saat ini, lanjut Irwan, tim gabungan TNI dan Polri masih berusaha mengejar Kopda Muslimin untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Sebelumnya, polisi meringkus empat anggota kelompok pembunuh bayaran yang ditugaskan menghabisi Rina Wulandari, istri anggota TNI di Semarang, pada 18 Juli 2022.
Keempat pelaku tersebut masing-masing S.alias Babi yang merupakan eksekutor penembakan, P bertugas sebagai pengendara sepeda motor Kawasaki Ninja, kemudian S dan AS alias Gondrong berperan sebagai pengawas saat aksi penembakan dilakukan.
Baca juga: Kopda M selalu memandu eksekutor pembunuh bayaran istrinya