Pamekasan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, mengajak masyarakat mengonsumsi kembali daging sapi menyusul rendahnya konsumsi daging tersebut di tengah masyarakat di wilayah itu akibat wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Ajakan untuk mengonsumsi daging sapi ini perlu kami sampaikan karena kini sebagian masyarakat memiliki persepsi yang salah tentang wabah PMK," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Kabid Keswan) pada Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Peternakan (DKPPP) Pemkab Pamekasan Slamet Budi Harsono dalam keterangan pers di Pamekasan, Senin.
Sejak wabah PMK menyerang sebagian sapi milik warga di Pamekasan, warga banyak yang berhenti mengonsumsi daging sapi.
Biasanya, setiap ada kegiatan hajatan, daging sapi menjadi sajian utama para tamu. Namun, sejak PMK mewabah dan diketahui ada sapi milik warga yang positif PMK, banyak yang berhenti mengonsumsi daging.
"Padahal, daging yang dikonsumsi dari yang terserang wabah PMK itu tidak bahaya. Akan tetapi, masyarakat takut," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya memandang perlu memberikan pengarahan dalam bentuk kampanye agar pemahaman yang keliru tersebut tidak menyebar luas di kalangan masyarakat.
Kampanye berupa ajakan agar masyarakat mengonsumsi daging itu melalui pamflet, brosur, dan banner melalui media massa dan media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.
Dikatakan pula oleh Budi bahwa ada beberapa bagian yang disarankan untuk tidak dikonsumsi apabila sapi tersebut terserang wabah PMK, antara lain, jeroan sapi, bibir, dan kuku sapi.
"Ini untuk antisipasi saja," katanya.
Selain itu, perebusan ideal daging minimal 30 menit dengan suhu sekitar 70 derajat Celsius.
Berdasarkan hasil pemantauan di sejumlah pasar tradisional di Pamekasan, sejak PMK mewabah di daerah ini, penjualan daging sapi.
"Sekarang warga lebih banyak membeli daging ayam ketimbang daging sapi," kata pedagang daging di Pasar Kolpajung Pamekasan Maisyaroh.
Terdampak PMK, Pemkab Pamekasan ajak masyarakat konsumsi daging sapi
Selasa, 5 Juli 2022 5:09 WIB