Pamekasan (ANTARA) - Tradisi arung laut dan “per-peran” memeriahkan perayaan Lebaran Ketupat, yakni Lebaran yang biasa dirayakan warga di Pulau Madura, Jawa Timur, pada hari ketujuh setelah Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal.
Tradisi yang digelar pada Selasa itu sebenarnya merupakan bentuk syukur atau perayaan bagi umat Islam yang menjalankan ibadah puasa sunnah selama enam hari pada bulan Syawal setelah Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi arung laut biasa digelar oleh masyarakat pesisir di Kabupaten Bangkalan, sedangkan “Per-Peran” biasa digelar oleh masyarakat pesisir di Desa Ambat, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan.
Di Bangkalan, ada tiga lokasi kegiatan Arung Laut yang digelar warga dalam rangka merayakan Lebaran Ketupat, yakni di Perairan Pantai Desa Bancaran, Sukolilo dan Desa Kwanyar," kata Wakapolres Bangkalan Kompol Lutfi di Bangkalan.
Dalam kegiatan ini, warga menghias perahu mereka dan adu kecepatan di tengah laut.
Menurut Ketua Kelompok Usaha Bersama Nelayan Bancaran Muhammad Ghafur, kegiatan itu memang rutin digelar setiap tahun, yakni setiap Hari Raya Ketupat.
Kegiatan yang diberi nama Gebyar Hari Raya Ketupat itu awalnya dilakukan untuk mempererat jalinan silaturahim antarnelayan di lingkungan Bancaran. Tetapi kemudian karena ingin suasana lebih ramai dan meriah, akhirnya dibuka untuk umum dan tanpa dikenakan biaya apa pun.
"Dan khusus pada Lebaran Ketupat kali ini, arung laut ini juga dimaksudkan sebagai bentuk rasa syukur, karena kasus COVID-19 mulai melandai di Kabupaten Bangkalan," katanya, menjelaskan.
Selain arung laut, kegiatan lain yang juga digelar masyarakat Madura dalam berupaya memeriahkan Lebaran Ketupat dengan menggelar “per-peran”.
"Per-peran" merupakan tradisi masyarakat Pamekasan di pesisir Desa Kramat dan Desa Tanjung, yaitu naik andong dan becak keliling desa sehari setelah Lebaran dan pada Lebaran Ketupat atau tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Menurut Syafawi, salah satu tokoh masyarakat setempat, “per-peran” awalnya merupakan kegiatan rutin masyarakat pesisir dalam menjalin siturahim kerabat dan handai taulan dengan mengendarai kendaraan tradisional andong.
"Tapi, dalam perkembangannga ada juga kendaraan becak sehingga kendaraan yang digunakan masyarakat bukan hanya andong, akan tetapi juga becak," katanya, menjelaskan.
Pada Selasa (10/5), 'per-peran' digelar warga pada dua desa ini di jalur penghubung antara Kabupaten Pamekasan dengan Sampang sehingga arus lalu lintas dari arah Pamekasan yang hendak menuju Sampang dan sebaliknya ikut terganggu.
Sebanyak 60 personel gabungan dari Satuan Lalu Lintas Polres Pamekasan dan Polsek Tlanakan diterjunkan guna mengurai kemacetan, dan sebagian kendaraan dialihkan melalui jalur tengah, yakni dari Pamekasan melalui Kecamatan Omben dan tembus di Jalan Trunojoyo, Kota Sampang.