Banyuwangi (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, melakukan surveilans atau pengawasan ke daerah perbatasan hingga pasar hewan seiring dengan munculnya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak di Jatim.
"Kami menindaklanjuti apa yang menjadi arahan Ibu Gubernur. Kami perintahkan dinas terkait melakukan langkah-langkah antisipasi dan terus berkoordinasi dengan Pemprov Jatim," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, Selasa.
Pelaksana Tugas Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, M. Khoiri menyatakan sampai saat ini kasus PMK pada ternak belum ditemukan di Banyuwangi.
"Oleh karena itu, kami mengimbau agar warga tidak panik untuk menjual ternaknya, karena kasus ini belum ditemukan di Banyuwangi, walaupun ternak di sejumlah daerah di Jatim sudah ada yang terinfeksi," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, pemkab telah melakukan sejumlah langkah untuk mencegah masuknya penyakit yang menyerang ternak ruminansia atau hewan pemamah biak tersebut.
Menurut Khoiri, langkah antisipatif sebagai upaya kewaspadaan dan kesiapsiagaan telah dilakukan, di antaranya melakukan surveilans dan deteksi dini pada hewan ternak di daerah-daerah kantong ternak, pedagang ternak, pasar hewan, serta ternak milik warga.
Katanya, tim gabungan dari dinas terkait, petugas lapang kecamatan, Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PHDI) Banyuwangi, hingga Fakultas Kedokteran Hewan Unair diterjunkan ke lapangan.
Tim tersebut keliling setiap hari ke desa-desa, terutama pasar hewan dan daerah perbatasan. Seperti di Kalibaru dan Wongsorejo yang merupakan pintu masuk lalu lintas ternak dari daerah lain.
"Tim sudah bergerak sejak hari Minggu (8/5), hingga nanti seluruh kecamatan tuntas," ujarnya.
Khoiri menambahkan, PMK merupakan penyakit yang disebabkan oleh Foot and Mouth Disease Virus (FMDV). Ini merupakan penyakit hewan menular akut yang menyerang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda dan babi dengan tingkat penularan mencapai 90-100 persen.
"Namun penyakit ini tidak menular ke manusia, melainkan menular ke sesama hewan saja," katanya.
Pemkab Banyuwnagi juga membuka layanan kesehatan hewan di daerah-daerah rawan, perbatasan, dan pasar hewan. Petugas melakukan pemeriksaan jika ada ternak yang sakit (meski tidak mengarah ke PMK) akan diberikan vitamin dan mineral untuk meningkatkan status kesehatannya.
Peternak juga diberikan edukasi tentang tanda klinis penyakit PMK. Di antaranya demam tinggi (39-41 derajat celcius), keluar lendir berlebihan dari mulut dan berbusa, luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak mau makan, kaki pincang, luka pada kaki dan diakhiri lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, napas cepat, produksi susu turun drastis dan menjadi kurus.
Untuk mencegah penularan PMK, warga juga diimbau untuk tidak memasukkan ternak baru ke dalam kandang. Salah satunya pisahkan dahulu beberapa waktu, jika memang tidak ada gejala mengarah ke PMK baru boleh dicampur dengan yang lain. (*)