Jakarta (ANTARA) - Pengamat Ilmu Komunikasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sahid Algooth Putranto berpandangan bahwa ada persoalan di balik tenggelamnya kapal jelajah berpeluru kendali Moskva pada Kamis (14/4) .
Penyebab tenggelamnya kapal jelajah berpeluru kendali Moskva masih simpang siur di tengah adanya arus perang informasi, ujar Algooth Putranto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Ia menduga Kapal Moskva itu karam karena adanya praktik korupsi.
Algooth mengatakan penyebab tenggelamnya kapal perang sebuah negara akan selalu ditutupi.
Pasalnya, lanjut dia, hal itu menyangkut kerahasiaan suatu negara serta alasan strategis.
Bagi Rusia, lanjut dia, tenggelamnya Kapal Moskva menjadi insiden yang kedua dari karamnya kapal perang.
Pada 12 Agustus 2000, kapal selam nuklir Kursk tenggelam dan itu menjadi salah satu peristiwa terburuk dalam sejarah Angkatan Laut Rusia.
Insiden tersebut menyebabkan 118 awak meninggal dunia. Kursk tenggelam saat menjalani latihan Armada Utara di kedalaman 108 meter.
Ia mengatakan penyebab Kursk tenggelam masih ada silang pendapat. Pertama, karena kebocoran bahan bakar torpedo sehingga menyebabkan ledakan. Kedua, akibat tabrakan dengan kapal selam NATO.
Saat insiden tenggelamnya Kapal Kursk terungkap, justru pemimpin Rusia Vladimir Putin saat itu menolak tawaran bantuan dari kapal Angkatan Laut Inggris dan Norwegia.
Akibatnya, awak kapal Kursk tidak ada yang bisa diselamatkan.
Amerika Serikat (AS) pada Jumat menyatakan keyakinannya bahwa Moskva, kapal perang induk Rusia di Laut Hitam, tenggelam karena dihantam dua rudal Ukraina.
Seorang pejabat senior AS yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan rudal yang menghantam Moskva adalah rudal anti kapal Neptunus.
AS yakin ada korban jiwa dari pihak Rusia di kapal itu, meskipun jumlahnya tidak diketahui, kata dia.
Kantor-kantor berita Rusia yang mengutip Kementerian Pertahanan mereka pada Kamis (14/4) mengatakan Moskva tenggelam di laut setelah terbakar dan amunisi yang dibawanya meledak.
Ukraina mengatakan mereka melancarkan serangan rudal dari pantai yang menghantam kapal peninggalan Soviet itu.
Reuters tidak bisa memverifikasi pernyataan pihak-pihak yang bertikai. (*)