Malang (ANTARA) - Perajin alat musik berbentuk bundar dan pipih atau yang biasa dikenal dengan sebutan rebana di Kota Malang, Jawa Timur, mengaku “kebanjiran” pesanan pada Ramadhan kali ini.
Seorang perajin rebana Arif Priyadi di Kota Malang, Sabtu, mengatakan pada bulan suci Ramadhan kali ini, bisnis yang digelutinya sejak 2013 tersebut mendapatkan pesanan rebana cukup banyak dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
"Untuk Ramadhan kali ini berbeda, ada pesanan rebana dan jumlahnya meningkat. Ini berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya," kata Arif.
Arif menjelaskan selama kurang lebih sembilan tahun berprofesi sebagai perajin rebana, pada 2022 khususnya pada saat Ramadhan, ia melayani pesanan dari sejumlah kalangan, seperti sekolah-sekolah dan warga yang mayoritas berasal dari wilayah Kabupaten Malang.
Menurutnya, pada Ramadhan lalu tidak ada pesanan produk rebana yang diterima oleh usaha yang dilakukan di kawasan Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, itu. Selama Ramadhan, kebanyakan hanya melayani servis rebana dari pelanggan sebelumnya.
"Saya sudah menjadi perajin rebana selama sembilan tahun. Biasanya, selama delapan tahun pada saat Ramadhan itu sepi pesanan. Tapi untuk tahun ini pesanan banyak dan servis juga banyak," ujarnya.
Ia menambahkan dalam kondisi normal ia mampu memproduksi kurang lebih sebanyak 30 unit rebana per bulan. Pada Ramadhan kali ini, ia mendapatkan pesanan hingga 50 unit rebana, belum termasuk para konsumen yang membutuhkan jasa servis rebana.
Dengan adanya peningkatan permintaan tersebut, ia juga harus menambah satu pekerja untuk membantu proses produksi. Sebelumnya, produksi rebana hanya dilakukan oleh tiga orang termasuk dirinya.
Ia mengaku tidak pernah mencatat berapa besar omzet yang ia dapatkan pada tiap bulannya. Namun, pesanan rebana dari berbagai wilayah di Jawa Timur itu biasanya berkisar dari 30-50 unit per bulan dengan harga satuan sebesar Rp350.000.
"Omzet per bulan saya tidak pernah menghitung. Tapi per bulan kira-kira 30 rebana, kadang juga 50 buah. Saat ini karena banyak pesanan, saya menambah satu orang tenaga kerja," katanya.
Para konsumen rebana buatannya tersebut mayoritas berasal dari wilayah Kabupaten Malang. Namun, pesanan juga biasanya datang dari wilayah lain seperti Kediri, Blitar dan kabupaten kota yang berada tidak jauh dari wilayah Kota Malang.
Sementara untuk bahan baku pembuatan rebana tersebut, untuk kayu menggunakan kayu nangka dan kayu mahoni yang didatangkan dari Blitar dan Jepara. Kulit yang dipergunakan adalah kulit kambing betina yang didatangkan dari Cirebon dan Ponorogo.
"Namun, pemain profesional saya memproses sendiri kulit kambing itu. Karena tidak ada yang menjual.
Pada Ramadhan kali ini, ia mengaku tidak memiliki stok rebana yang bisa langsung dijual ke pasaran. Saat ini, ia bersama tiga orang pekerja yang ada pada bengkel rumahan miliknya itu tengah menyelesaikan sejumlah pesanan dan servis rebana milik konsumen.
"Biasanya saat Ramadhan itu stok penuh. Tapi untuk saat ini saya hanya menyelesaikan pesanan saja dan tidak ada stok," katanya.
Perajin rebana di Kota Malang "banjir" pesanan saat Ramadhan
Sabtu, 9 April 2022 18:15 WIB