Surabaya (ANTARA) - Universitas Surabaya menghadirkan startup Jamoetics guna mendukung pengembangan, penggunaan dan edukasi obat tradisional yang aman, efektif dan berkualitas.
Founder Jamoetics Dr. Oeke Yunita, S.Si., M.Si., Apt., mengatakan tingginya minat masyarakat dalam penggunaan obat tradisional selama pandemi COVID-19 perlu diimbangi dengan sistem informasi dan komunikasi bisnis yang terintegrasi, akurat dan dinamis.
"Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat yang bertransformasi menjadi masyarakat digital, herbal dan bahan alam lain dalam obat tradisional juga perlu berkembang dan bertransformasi menjadi entitas digital, dengan tetap memperhatikan validitas keilmuan dan aspek keamanan digital," kata Dosen Fakultas Farmasi Universitas Surabaya melalui keterangannya, Kamis.
Nama startup Jamoetics berasal dari kata Jamoe, dengan huruf "oe" ejaan lama dari istilah jamu dan “informatics”. Makna terminologis Jamoetics tersebut sesuai dengan tagline startup Jamoetics untuk menjadi One Stop Platform for Best Quality Indonesian Traditional Medicine Product.
Oeke menjelaskan sistem Jamoetics menyediakan database informasi ilmiah terkait bahan baku obat tradisional, produk jamu, dan obat modern asli Indonesia (OMAI)-obat herbal terstandar dan fitofarmaka, konsultasi pakar on demand, toko daring serta media edukasi obat tradisional melalui berbagai kanal media sosial dan laman Jamoetics (https://www.jamoetics.com/).
Selain itu, upaya mewujudkan startup Jamoetics tidak terlepas dari nilai-nilai yang menjadi prioritas dan komitmen Jamoetics yaitu I-C-U-C (Intellectual Honesty, Courage to speak the Truth, Unprejudiced, dan Customer service orientation).
"Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa operasional bisnis Jamoetics didesain dan dibangun berdasarkan informasi yang berbasis keilmuan," katanya.
Sehingga Jamoetics memiliki keberanian dalam mengemukakan fakta yang benar terkait herbal dan obat tradisional, dengan tetap memperhatikan nilai obyektifitas dan keterbukaan serta mengedepankan layanan kepada pelanggan, dalam hal ini mitra, member atau masyarakat umum.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menuturkan pada awal tahun 2022 telah diselenggarakan public hearing sekaligus presentasi Proses Nominasi Budaya Sehat Jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia UNESCO.
Hal ini relevan dengan fenomena yang terjadi di masa pandemi COVID-19 di mana kebutuhan akan obat tradisional berbahan baku herbal dan bahan alam lain, melonjak seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan tubuh.
"Meningkatnya akses ke ruang digital oleh masyarakat tentu perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya, salah satu contohnya melalui transformasi digital industri obat tradisional yang diinisiasi oleh Universitas Surabaya dan Kalbe Consumer Health melalui Jamoetics," ujar Semuel.
Samuel menambahkan Jamoetics dapat menjadi solusi bagi Industri Obat Tradisional, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di bidang Obat Tradisional (UKOT, UMOT) serta masyarakat umum dalam penyediaan informasi terkait obat tradisional dan edukasi product knowledge bagi tim marketing dan penjualan.
"Harapannya, Jamoetics akan menjadi platform yang menjaring mitra lainnya untuk mengembangkan potensi produk obat tradisional yang aman, nyaman, dan terpercaya, serta menjadi khazanah promosi warisan budaya obat tradisional Indonesia kepada generasi digital masa depan," kata Semuel.
Rektor Ubaya, Benny Lianto, juga berharap kehadiran Jamoetics dapat memenuhi minat dan kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan obat-obatan herbal.
"Kita (Ubaya) berharap, Jamoetics akan menjadi solusi bagi penyedia informasi industri obat tradisional, baik pada skala mikro, menengah, serta masyarakat umum dalam penyediaan informasi terkait obat tradisional dan edukasi produk knowledge bagi tim marketing dan penjualan," ujarnya.