Jakarta (ANTARA) - Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menggelar pameran virtual yang menampilkan berbagai kisah para petani serta nelayan, penggembala ternak, dan anggota masyarakat hutan yang bertahan selama pandemi.
Dalam keterangan tertulis FAO yang diterima di Jakarta, Rabu, dikatakan bahwa organisasi tersebut menggandeng digitalisasi untuk berbagi praktik terbaik pertanian dengan teknologi 3-dimensi melalui pameran tersebut.
Menurut FAO, pertanian di Indonesia telah mengalami percepatan terkait digitalisasi, terutama di masa pandemi dan digitalisasi kian menjadi hal penting bagi para petani dan bagi pembangunan pertanian di Indonesia.
Pentingnya digitalisasi bagi petani juga kian terlihat di tengah masa pandemi terutama dengan banyaknya kebijakan yang membatasi pergerakan.
“Selama masa pandemi yang sulit, kami tidak punya pilihan lain selain memodernisasi sistem kami, terutama dalam rantai nilai pangan. Jika melihat statistik, ada juga pertumbuhan layanan komunikasi selama pandemi. Layanan mobile, pemasaran daring, e-commerce, big data, blockchain, GIS dan platform geospasial dan sistem manajemen pengetahuan telah menjadi bagian dari masyarakat modern, dan sekarang para petani menggunakannya untuk kehidupan sehari-hari mereka", kata Perwakilan FAO di Indonesia, Rajendra Aryal.
Pameran virtual itu menampilkan kisah para pelaku sektor kesehatan hewan, pertanian, kelautan, perikanan, dan kehutanan, melalui laman www.pahlawanpangan.com yang dapat diakses oleh para pengunjung.
Selain stan virtual dan bioskop, para pengunjung juga dapat melihat model peternakan unggas yang telah menerapkan skema bio-sekuriti 3Zones untuk mencegah kuman yang dapat mencemari peternakan dan produk makanan.
Miniatur perikanan tambak Beje yang merupakan metode perikanan tradisional Kalimantan Tengah juga menjadi salah satu fitur yang ditampilkan dalam pameran tersebut.
“Dengan semakin banyak orang memiliki akses ke Internet yang lebih cepat di negara ini, pertanian digital adalah salah satu kendaraan utama untuk mengubah sistem pangan Indonesia. Mari kita ingat juga fakta bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar, memiliki masalah dengan akses geografis di banyak tempat. Oleh karena itu, digitalisasi tetap menjadi kunci transformasi pertanian pangan di Indonesia,” ujarnya. (*)