Surabaya (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Yusuf Masruh meminta maaf atas beredarnya video kekerasan yang merekam tindakan seorang guru memukul salah satu siswanya di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 49 Surabaya.
Yusuf Masruh kepada awak media di Surabaya, Sabtu, membenarkan kejadian kekerasan yang menimpa salah satu siswa di SMPN 49 Surabaya. Hal itu terjadi karena belum adanya pemahaman guru terhadap karakter siswa saat pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen berlangsung.
"Iya memang benar (terjadi), saya mohon maaf atas nama Dinas Pendidikan kepada warga Kota Surabaya. Untuk kronologi kejadian ini masih kita dalami karena di media sosial sudah tersebar berita itu," kata Yusuf.
Ia meminta setiap guru untuk memiliki strategi yang tepat dalam memberikan pembelajaran kepada anak didiknya dengan tujuan bisa membantu dan menjaga proses pembelajaran akademik siswa.
"Karena kemampuan dan kompetensi anak tidak sama. Kita boleh mengarahkan anak, tapi harus diingat batasan edukasinya di mana. Harapannya tidak ada sentuhan fisik tapi harus menggunakan logika rasional," katanya.
Yusuf tidak memungkiri bahwa oknum guru tersebut berstatus sebagai ASN di Kota Surabaya. Sedangkan mengenai sanksi yang akan diberikan kepada oknum guru tersebut, pihaknya akan mengikuti peraturan yang berlaku.
"Iya betul guru olahraga, terkait sanksi kita sesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Hal ini menjadi pembelajaran bahwa kita ini adalah figur, saya inginnya guru itu punya kenangan yang bagus bagi siswa," ujarnya.
Selanjutnya, untuk memberikan rasa aman kepada korban, Yusuf langsung mengunjungi rumah korban yang berlokasi di Jalan Kutisari Utara 3 Surabaya. Di rumah itu, ia langsung memberikan pendampingan psikologis kepada korban.
"Kami bersama psikolog untuk memberikan pendampingan kepada korban, agar anak merasa aman di sekolah. Jadi saya menjamin anak-anak ini aman di sekolah, aman dari paparan COVID-19, dan aman dari guru dan teman-teman yang ada di sekolah," katanya.
Tidak hanya itu, Yusuf juga langsung berkoordinasi dengan kelurahan setempat untuk membantu memberikan pendampingan, sesuai dengan keluarga dan korban.
"Harapannya kelurahan bisa membantu apabila mereka ada kesulitan. Hal ini kan sesuai dengan harapan Pak Wali Kota (Eri Cahyadi) tentang sinergitas dan kolaborasi," ujarnya.
Terpisah, Ali Muhjayin, selaku orang tua korban, mengaku lega karena telah mendapat jaminan keamanan untuk anaknya saat bersekolah nanti. Sebab, ia juga meyakini bahwa dengan adanya pendidikan formal di sekolah maka bisa membantu untuk membangun karakter anak.
"Iya alhamdulillah ada pendamping dari psikolog juga untuk menetralisasi kondisi anak kami. Matur nuwun (terima kasih) juga atas jaminannya, terima kasih untuk perhatiannya," katanya.