Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur menargetkan adanya pemodal yang masuk di industri pertanian dan peternakan wilayah setempat pada tahun 2022 sebab kompetensi pada dua industri itu saat ini sudah baik.
Ketua DPD Apindo Jatim Eddy Widjanarko di Surabaya, Rabu, mengatakan kompetensi industri pertanian dan peternakan di Jatim yang sudah baik menjadi tantangan tersendiri, yakni bagaimana menarik pemodal untuk masuk ke industri tersebut.
"Untuk SDM, kami sebenarnya tak perlu khawatir. Kuncinya hanyalah menarik investor skala besar,’’ ucapnya.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan pengusaha tentu berminat untuk bisa menggali potensi pertanian dan peternakan di Jatim.
"Apindo dibentuk memang untuk mendatangkan nilai tambah bagi produk di Indonesia. Tentu kami ingin menggali semua potensi industri yang ada di Jatim," katanya.
Ia menambahkan, saat ini pengusaha harus berusaha kuat untuk menanggapi tantangan yang ada di setiap daerah. Misalnya, pengupahan di Jatim.
Menurutnya, upah minimum di Jatim memang menjadi salah satu faktor banyak pengusaha memindahkan pabrik mereka ke Jawa Tengah.
Namun, ia optimistis bahwa secara kompetitif pengusaha di Jatim masih bisa mengembangkan kinerja mereka.
"Pandemi ini harus menjadi latihan bagi pengusaha untuk menghadapi semua tantangan," katanya
Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Adik Dwi Putranto mengajak Apindo untuk lebih memperkuat kolaborasi dalam peningkatan kualitas SDM, dengan memberikan dukungan penuh terhadap penerapan pendidikan vokasi sistem ganda.
"Kami, dari Kadin Jatim mohon dukungan terkait program bagaimana meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan calon tenaga kerja yang akan bekerja di industri. Sebab, jika tenaga kerja berkompeten, maka bisa meningkatkan kinerja industri yang bersangkutan,” ujar Adik
Ia mengatakan peningkatan SDM tersebut sangat penting mengingat saat ini dunia usaha dan industri tengah berjuang dan berbenah dari hantaman pandemi COVID-19 dan terjadinya disrupsi digital.
"Revolusi digital menuntut adanya SDM profesional yang unggul, bukan hanya secara teknis keahlian tapi juga tentang komitmen, etos kerja dan sikap kerja atau attitude. Bukan lagi hanya Hard Skill berupa kompetensi keahlian dan kompetensi metodik, tapi softkill berupa kompetensi individu dan kompetensi sosial menjadi prioritas," katanya.