Surabaya (ANTARA) - Politeknik Penerbangan Surabaya mengundang sejumlah tokoh guna membahas peluang bisnis penerbangan di masa pendemi COVID-19 melalui sebuah talkshow memperingati Hari Perhubungan Nasional (Harbubnas) 2021 yang digelar di kampus setempat, Kamis (16/9).
Direktur Poltekbang Surabaya M Andra Aditiyawarman melalui keterangannya, Jumat berharap talkshow ini bisa memberikan wawasan terkait perkembangan bisnis komersial baik itu penerbangan privat dan informasi terkait dukungan sektor penerbangan di tengah kondisi pandemi COVID-19.
"Mudah-mudahan upaya ini bisa mendorong kegiatan perekonomian di Indonesia bisa bangkit kembali dari suasana yang kurang baik menjadi peluang yang bisa dilakukan pada aaat ini. Tentu membutuhkan inovasi dan berbagai startegi dalam mempertahankan usaha. Seperti yang kami soroti saat ini adalah tentang bisnis penerbangan," ujar Andra.
Menurutnya dalam kondisi saat ini tidak mudah bisnis penerbangan bertahan. Ada peluang yang bisa dioptimalkan untuk menjadi penyangga dalam menghadapi pandemi ini.
"Salah satunya bisnis kargo juga angkutan lainnya yang bisa dimanfaatkan. Ataupun privat jet dan helikopter dan sebagainya yang bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk dijadikan kegiatan lain dalam mengangkut komoditi yang bernilai jual tinggi," katanya.
Direktur Angkatan Udara Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Maria Kristi Endah Murni mengungkapkan dalam kondisi pandemi kerugian terjadi di dalam dunia aviasi. Bisnis penerbangan di seluruh dunia diprediksi anjlok hingga 372,5 triliun USD.
"Di Indonesia pada 2019-2020 terjadi penurunan tajam. Tahun 2020 angka penerbangan penumpang baik internasional dan nasional mencapai 64 persen," kata Maria Kristi.
Director of Marketing and Business Development PT Whitesky Aviation Ari Nurwanda mengatakan pada saat pandemi COVID-19 perusahaannya mulai merambah bidang medis untuk pelayanan bagi masyarakat yang membutuhkan jasa memakai helikopter, yaitu Heli Medevac.
"Kami melakukan pengembangan Heli Medevac untuk kepentingan medis. Kebutuhan medis sangat berperan dalam kondisi saat ini. Kami melakukan kerja sama dengan profit medis di Jakarta. Kami menyiapkan armada heli yang lengkap dengan peralatan dan tim medis yang bisa disewa oleh pihak yang membutuhkan," ungkap Ari.
Pihaknya juga telah menyiapkan heliport emegency unit yang bisa dijangkau di beberapa wilayah seperti di Bandung, Cikarang, Cikampek, Cirebon dan Banten. Adanya fasilitas ini, maka pengguna bisa mendapatkan pelayanan transportasi dengan cepat untuk mengantarkan pasien langsung menuju rumah sakit.
Selain Heli Madevac, juga menyediakan jasa Helicargo. PT Whitesky Aviation menyasar kegiatan pengiriman kargo dengan kapasitas tertentu.
Hal yang sama juga dipaparkan oleh PT Lion Parcel. Menurut Chief Compliance & Network Officer PT Lion Parcel Victor Ary Subekti, bisnis logistik di masa pandemi justru sangatlah diuntungkan. Sebab seuruh negara melakukan pembatasan penerbangan secara langsung, sehingga orang banyak menggunakan jasa logistik.
"Sebelum pandemi, semua penggunakan penerbangan 1.350 fligt per day. Namun untuk logistik atau kargo hanya dibatasi hanya bisa memuat 3-5 ton per flight. Nah, setelah pandemi seperti saat ini penerbangan menurun hingga 300-400 flight per day. Namun keperluan logistik bisa dimuat sampai 12 ton per flight. Ini yang menguntungkan sekali buat kami," ungkap Victor.
Meskipun penerbangan secara langsung yang mengakut orang menurun, namun anak perusahaan PT Lionair group ini sangat tertolong justru di masa pandemi.
“Dalam sistem yang dijalankan PT Lion Parcel mendukung penggunaan teknologi digital 4.0 yang bisa diupdate secara real time. Total wilayah yang bisa kami jangkau mencapau 96,1 persen di seluruh Indonesia. Sisanya, kami belum busa menjangkau karena keterbatasan jaringan di wilayah tersebut,” cetusnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Udara Kemenhub Heri Sudarmaji menegaskan penerbangan tidak bisa dipisahakan dari sistem transportasi nasional hingga internasional.
Maskapai penerbangan yang menjadi saran transportasi yang cepat dan aman bagi penumpang dan barang terkena dampak pndemi COVID-19. Namun seiring melandainya virus COVID-19 ini, beberapa negara sudah mulai bangkit dan mengoperasional armada penerbangannya baik tujuan domestik dan internasional.
"Termasuk di Indonesia, yang memang hal yang ini menjadi kontraproduktif. Di satu sisi ingin masyarakatnya sehat, namun di satu sisi perekonomian harus tumbuh. Maka harus ada antisipasi yang harus kita lakukan sehingga keduanya bisa berjalan dengan baik," kata Heri.(*)