Jakarta (ANTARA) - Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) Amerika Serikat menyebutkan Juli 2021 merupakan bulan Juli dengan suhu tertinggi dalam 142 tahun terakhir dalam catatan mereka sejak 1880.
Dalam rilis terbaru yang dikeluarkan NOAA dalam situsnya yang diakses dari Jakarta, Sabtu, Pusat Informasi Lingkungan Nasional (National Centers for Environment Information/NCEI) NOAA menjelaskan suhu permukaan global sepanjang Januari sampai dengan Juli 2021 sebagai rekor tertinggi keenam.
Jika merujuk pada Outlook Peringkat Suhu Tahunan Global NCEI, maka sangat mungkin tahun 2021 akan berada di antara 10 tahun terpanas dalam catatan global.
Rangkuman bulanan ilmuwan dari NCEI menyebutkan suhu permukaan global pada Juli 2021 lebih tinggi 0,93 derajat Celsius dari rata-rata Abad 20 yang mencapai 15,8 derajat Celsius, rekor tertinggi untuk bulan Juli dalam 142 tahun.
Nilai tersebut lebih tinggi hanya 0,01 derajat Celsius dari rekor sebelumnya yang ditetapkan di 2016, dan diikat pada 2019 dan 2020.
Menurut NCEI, tujuh bulan Juli terpanas semuanya terjadi sejak 2015, dan Juli 2021 menandai Juli ke-45 berturut-turut dan bulan ke-439 berturut-turut dengan suhu, setidaknya secara nominal, di atas rata-rata Abad ke-20.
Secara klimatologis, Juli memang bulan terpanas dalam setahun. Dengan Juli 2021 rekor terpanas bulan Juli , setidaknya secara nominal, artinya dari hasil rangkuman tersebut saat ini menjadi bulan terpanas di dunia.
“Juli biasanya adalah bulan terpanas di dunia sepanjang tahun, tetapi Juli 2021 mengalahkan dirinya sendiri sebagai bulan terpanas yang pernah tercatat. Rekor baru ini menambah jalur yang mengganggu dan disruptif yang telah ditetapkan oleh perubahan iklim untuk dunia," kata Administrator NOAA Rick Spinrad.
Suhu permukaan daratan global pada Juli 2021 mencapai 1,4 derajat Celsius di atas rekor rata-rata dan tertinggi bulan Juli, melebihi rekor sebelumnya di 2020 yang mencapai 0,17 derajat Celsius.
Pemanasan seluruh permukaan dataran global terutama dipicu oleh sangat menghangatnya daratan di belahan Bumi utara, yang juga memiliki suhu bulan Juli tertinggi mencapai 1,54 derajat Celsius di atas rata-rata, melampaui rekor sebelumnya yang ditetapkan pada tahun 2012.
Selama bulan tersebut, NCEI mengatakan suhu lebih hangat dari rata-rata di seluruh bagian Amerika Utara, Eropa, bagian utara dan selatan Amerika Selatan, utara Afrika, separuh bagian selatan Asia, Oseania dan sebagian dari bagian barat dan utara Samudera Pasifik, Atlantik dan Hindia.
Suhu justru lebih dingin dari rata-rata terjadi di seluruh bagian timur laut Kanada, sekitar wilayah tengah bagian selatan dan tenggara Amerika Serikat, bagian selatan Afrika, bagian utara Rusia, dan bagian tenggara Samudra Pasifik.
Secara regional NCEI mencatat Asia memiliki rekor terpanas pada bulan Juli 2021, mengalahkan catatan sebelumnya yang ditetapkan pada 2010. Eropa mencatat rekor terpanas kedua pada bulan yang sama, sementara Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika dan Oseania semuanya masuk 10 besar dalam rekor.
Panas ekstrem yang dirinci dalam laporan bulanan NCEI NOAA juga merupakan cerminan dari perubahan jangka panjang yang digariskan dalam laporan utama yang dirilis pekan ini oleh Panel antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC).
“Para ilmuwan dari seluruh dunia menyampaikan penilaian paling mutakhir tentang cara-cara di mana iklim berubah. Ini adalah laporan IPCC yang serius yang menemukan bahwa pengaruh manusia, secara tegas, menyebabkan perubahan iklim, dan itu menegaskan bahwa dampaknya meluas dan meningkat dengan cepat," kata Spinrad. (*)