Surabaya (ANTARA) - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Prof. Dr. dr. Budi Santoso, SpOG (K) kelebihan berat badan dapat menyebabkan gangguan haid dan kesuburan bagi wanita atau yang biasa disebut polycystic ovarian syndrome (PCOS).
"PCOS adalah gangguan hormon yang terjadi pada wanita di usia subur. Wanita yang mengalami gangguan PCOS memiliki kadar hormon maskulin (hormon androgen) yang dominan," kata Prof. Budi di Surabaya, Sabtu.
Keadaan ini menyebabkan ovarium atau indung telur memproduksi banyak kantong-kantong berisi cairan. Akibatnya, sel telur tidak berkembang sempurna dan gagal dilepaskan secara teratur. Sehingga mereka kesulitan mengalami haid.
"80 persen gangguan haid karena masalah ovulasi disebabkan oleh PCOS ini. Jika tidak ditangani dengan baik, PCOS bisa menyebabkan ketidaksuburan dan kemandulan pada wanita," ujarnya.
Selain gangguan menstruasi, kelebihan androgen pada penderita PCOS juga menyebabkan wanita mengalami kelebihan bulu di kumis, dagu, tangan dan kaki, kepala botak, dan jerawat. Bahkan, penderita PCOS juga lebih rentan terkena diabetes dan tekanan darah tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prof. Budi, cikal bakal dari PCOS ada pada kondisi usus penderita.
Ditemukan dalam usus wanita dengan PCOS terdapat gangguan resistensi insulin atau kepekaan terhadap hormon insulin. Resistensi insulin inilah yang mempengaruhi keseimbangan hormon reproduksi.
Sebanyak 70 persen wanita yang mengalami gangguan PCOS mengalami obesitas. Semakin gemuk seseorang, kepekaan terhadap insulin juga menurun. Hal ini karena insulin dalam tubuh dipacu untuk memasukkan sebuah beban yang dimakan.
"Ini yang perlu diwaspadai, karena penurunan kepekaan terhadap insulin juga erat kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus. Bisa jadi saat mudanya kena PCOS, lalu setelah usia 40 tahun ke atas menderita diabetes," ujar dokter spesialis obgyn ini.
Prof. Budi mengatakan prevalensi wanita usia produktif yang mengalami kondisi PCOS ini cukup tinggi. Berdasarkan data pada tahun 2007, 4,5 persen wanita usia reproduksi mengalami gangguan ini.
"Penelitian lain menyebutkan, antara delapan sampai 10 dari 100 wanita usia reproduksi mengalami gangguan ini. Angka ini tentu saja meningkat setiap tahun menimbang pola diet masyarakat saat ini yang semakin tidak seimbang dan cenderung menjalankan sendentary lifestyle di mana melakukan aktifitas fisik intensitas yang rendah dan malas bergerak dan berolahraga," katanya.
Untuk mengobati PCOS, Prof. Budi menyarankan agar para wanita memperbaiki pola hidup dan pola konsumsinya. Menghindari makanan-makanan tinggi kalori serta menurunkan berat badan.
"Upaya ini dilakukan untuk memperbaiki sensitifitas insulin. Turunkan berat badan sebesar sepuluh persen saja sudah membuat menstruasinya teratur. Sehingga nantinya akan subur dengan sendirinya,” ujarnya.
Selain menurunkan berat badan, dokter biasanya meresepkan obat-obat untuk menstabilkan hormone insulin dalam darah untuk mengobati gangguan PCOS ini. (*)