Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, mengajak pihak sekolah untuk ikut mengedukasi terkait dengan pencegahan stunting, salah satunya dengan menekan pernikahan dini.
"Pencegahan kita lakukan sedini mungkin, sejak usia SMP kita programkan setiap seminggu sekali bagi remaja putri harus meminum tablet penambah darah atau sekitar 53 tablet per tahun. Di samping itu, asupan nutrisi juga harus diperhatikan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri dokter Fauzan Adima di Kediri, Jumat.
Ia mengungkapkan edukasi penting dilakukan mengingat bahwa salah satu faktor penyumbang terjadinya stunting adalah kondisi anemia yang dialami oleh ibu.
Edukasi penting, selain COVID-19 yang juga masih menjadi salah satu virus yang harus ditekan penyebarannya.
"Anemia salah satu penyebab tertinggi terjadinya gizi buruk dan stunting pada anak," tandasnya.
Walaupun Kota Kediri bukan termasuk wilayah rentan stunting, Fauzan menegaskan bukan berarti tidak ditemukan kasus sama sekali. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kediri, hingga tahun 2019 kemarin stunting di Kota Kediri berada di angka 10,3 persen.
"Rata-rata tersebut masih lebih rendah daripada nasional sebesar 30 persen dan provinsi 27 persen," kata Fauzan.
Ia meminta supaya masyarakat Kota Kediri terutama orang tua untuk memperhatikan tumbuh kembang janin, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan untuk mencegah terjadinya stunting.
Dinas Kesehatan Kota Kediri juga telah bekerja bersama dengan puskesmas dan sekolah-sekolah bekerja sama untuk melakukan pencegahan terjadinya stunting.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Kediri Sumedi menambahkan pihaknya dengan Dinas Kesehatan Kota Kediri memang gencar untuk mengedukasi para remaja tentang pentingnya pencegahan stunting.
Ia mengatakan keterlibatan para pemuda penting. Bukan hanya soal pencegahan stunting, melainkan juga menekan pernikahan dini.
"Peran pemuda-pemudi utamanya para remaja ini sangat penting sekali untuk mengampanyekan cegah stunting sejak dini. Melalui kelompok pusat informasi dan konseling remaja (PIK-R) di sekolah-sekolah dan karang taruna, kami optimistis dapat melakukan edukasi lebih mendalam utamanya kepada para remaja dan pemuda-pemudi. Tidak hanya tentang stunting, tapi juga risiko dari pernikahan di usia dini," kata dia.
Sementara itu, terkait dengan edukasi pencegahan stunting dan pernikahan dini, Palang Merah Remaja (PMR) SMAN 7, Kota Kediri, berhasil menjadi juara lomba vlog edukasi BKKBN 2021.
Karina Putri Wijaya, salah satu anggota PMR SMAN 7 Kota Kediri mengatakan ia dengan rekan-rekannya ingin turut serta memberikan edukasi terkait dengan stunting dan bahayanya. Untuk itu, dengan ikut lomba vlog dari BKKBN, niatan untuk edukasi bisa tersampaikan.
"Di samping untuk mengikuti lomba, kami sebagai generasi muda ingin mengajak teman sebaya kami khususnya, untuk sadar akan bahaya stunting sejak dini dan melakukan pencegahan melalui video vlog yang kami buat," kata Karina Putri Wijaya, di Kediri, Jumat.
Karina mengatakan selama proses pembuatan video ia bersama empat anggota lainnya yakni Riski Narendra Adi Nugroho, Fahrudin A. Surya, Nurin Muhanik, dan Adek Kaifana menyampaikan pesan untuk tidak melakukan pernikahan di usia dini.
"Pernikahan di usia dini memiliki banyak risiko, salah satunya berpotensi terjadinya stunting, apalagi jika pengetahuan mengenai kesehatan ibu dan janin yang kurang, dapat memperbesar resiko tersebut," kata dia.
Ia juga tidak menyangka jika vlog yang dibuat berhasil menyabet juara pertama dalam gelaran yang diselenggarakan oleh BKKBN Provinsi Jawa Timur tersebut.