Blitar (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menginginkan mitigasi bencana lebih komprehensif, terutama wilayah Jatim bagian selatan menyusul terjadinya gempa bumi beberapa kali, termasuk pada Jumat (21/5) dengan magnitudo magnitudo 6,2 yang dimutakhirkan menjadi 5,9.
Gubernur Khofifah mengungkapkan Pemprov Jatim melalui BPBD Jatim terus melakukan mitigasi bencana secara kontinyu dan berkoordinasi dengan kepala BMKG. Namun demikian, kondisi yang mitigasi bencana dengan yang terjadi di lapangan tidak selalu linier.
"Dulu yang sudah di-'exercise' bahkan Pak Pangdam dan Kapolda juga turun sampai menghitung titik evakuasi di Pacitan, kemudian di Banyuwangi. Tetapi yang terjadi bencana gempa terdampak di Malang, Lumajang, dan sebagian Blitar," kata dia di Blitar, Sabtu.
Untuk itu, dirinya ingin mitigasi bencana lebih komprehensif ke depan. Kewaspadaan semua pihak, termasuk pembuatan konstruksi bangunan tahan gempa, harus dioptimalkan utamanya di bagian selatan Pulau Jawa, termasuk wilayah selatan Jatim. Hal ini penting, sebab selatan Pulau Jawa ini dilalui wilayah "ring of fire" di mana gempa di satu titik resonansinya bisa antarpulau atau antarprovinsi.
Ia mengatakan salah satu bentuk mitigasi bencana komprehensif, yaitu lewat kehadiran kampung tangguh atau kampung siaga bencana sangat dibutuhkan.
Dalam koordinasi Kemensos, dinamakan kampung siaga bencana, sedangkan dalam koordinasi BNPB sering disebut kampung atau desa tangguh. Dengan adanya kampung siaga bencana diharapkan ada kewaspadaan dan kemandirian melakukan antisipasi bencana tertentu, seperti banjir, gempa, atau puting beliung.
"Ketika ada titik tertentu ini potensi bencana banjir, gempa, atau angin puting beliung, maka kewaspadaannya berbeda di setiap kampung siaga bencana atau kampung tangguh," kata dia.
Gubernur Khofifah menambahkan secara bertahap bisa disiapkan kampung tangguh atau kampung siaga bencana untuk membangun kemandirian masyarakat dalam melakukan mitigasi dan antisipasi bencana di Jatim.
Pada kampung tangguh atau kampung siaga bencana tersebut juga terdapat lumbung sosial. Pada lumbung sosial tersebut berbeda di setiap potensi kebencanaan, misalnya daerah potensi banjir di lumbung sosial disiapkan perahu karet dan tali.
"Nanti akan dilakukan pemetaan kembali kampung siaga bencana atau kampung tangguh sesuai dengan potensi kemungkinan risiko bencananya," kata dia.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meninjau lokasi rumah warga yang rusak di Kabupaten Blitar, yang terdampak gempa bumi dengan magnitudo 5,9 pada Jumat (21/5).
Gempa berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang wilayah tenggara Kabupaten Blitar pada Jumat (21/5), sekitar pukul 19.09 WIB. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kemudian memutakhirkan magnitudo menjadi 5,9.
Menurut informasi BMKG episentrum gempa berada di 8,63 Lintang Selatan, 112,34 Bujur Timur, sejauh 57 kilometer tenggara Kabupaten Blitar dengan kedalaman 110 kilometer. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Hingga saat ini, jumlah bangunan yang rusak juga terus bertambah. Sebelumnya 113 bangunan yang terdiri rumah dan fasilitas umum rusak, jumlah itu terus diverifikasi dan bertambah.
"Inventaris dua hari ke depan insyaallah akan selesai. Kita percepat," kata Bupati Blitar Rini Syarifah.
Dalam kunjungannya ke Blitar, selain meninjau langsung rumah warga yang rusak akibat gempa bumi, Gubernur Khofifah juga menyerahkan bantuan untuk warga di terdampak, berupa paket bahan pokok, masker kain 15.000 lembar, masker medis 2.000 buah, lauk pauk BNPB 40 Kardus, dan terpal 100 lembar. (*)