Pasuruan (ANTARA) - Duka pernah dirasakan Sri Susilowati (53) saat bapaknya harus dilarikan ke rumah sakit lantaran terdiagnosis sindrom usus bocor.
Sri yang mengetahui bapaknya telah terdaftar peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) secara spontan membawa Kartu Indonesia Sehat (KIS) milik bapaknya dalam perjalanannya menuju rumah sakit.
Diceritakannya, Soehoed, panggilan bapaknya, memang mengalami beberapa gejala dan kondisinya sempat mengkhawatirkan.
"Jadi sekitar tahun 2011 dulu bapak saya sudah mengalami sakit lambung. Awalnya pengobatan bapak hanya mengandalkan obat yang dibeli dari warung sekitar dan apotek. Sampai akhirnya pada tahun 2015 divonis dokter menderita sindrom usus bocor," kenangnya.
Ia mengatakan, bapaknya seringkali mengeluhkan perut terasa panas hingga membuat nafsu makannya hilang. Tak sampai situ, kondisinya diperparah lantaran sang bapak kurang tertib mengonsumsi obat-obatan dari resep dokter sehingga daya tahan tubuhnya cenderung menurun.
"Mungkin vonis sindrom usus bocornya juga berpengaruh ke sendi Bapak saya yang kadang sering merasakan nyeri," ungkapnya.
Dari gejala itu semua, kata dia, dirinya mengantar sang bapak ke RSUD Dr. R. Soedarsono Pasuruan mengingat kondisinya yang begitu darurat sehingga mencari fasilitas kesehatan yang terdekat.
Sempat menjalani rawat inap sehari, Soehoed lantas dirujuk ke Rumah Sakit Saiful Anwar Malang lantaran kondisinya yang semakin lemah dan segera ditangani oleh peralatan medis yang lebih lengkap.
"Alhamdulillah, biaya transportasi ke rumah sakit rujukan juga gratis karena ditanggung BPJS Kesehatan," katanya senang.
Wanita yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) Daerah ini menuturkan jika sejauh ini bapaknya jarang berobat hingga rawat inap di fasilitas kesehatan.
Hal ini lantaran sang bapak sudah tidak lagi terserang penyakit berat hingga menguras tenaganya seperti sindrom usus bocor silam.
Bapaknya, lanjut Sri, lebih senang mengonsumsi obat-obatan yang dibeli di apotek maupun warung sekitar rumahnya.
"Tapi dengan bapak punya BPJS (Kesehatan) dari dulu, yang pasti memberikan ketenangan bagi keluarga kalau sewaktu-waktu harus ke rumah sakit," lanjutnya.
Dalam benaknya, Sri sempat khawatir saat bapaknya harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Baginya tidak ada persiapan apapun dari kejadian yang menimpa bapaknya beberapa waktu silam. Beruntung, manfaat yang diharapkan dari program JKN-KIS benar-benar dirasakan oleh bapaknya.
"Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Dari rumah sakit pertama sampai ke rujukan semua biayanya gratis. Tidak ada sedikitpun biaya yang diminta dari rumah sakit. Terbantu sekali dengan ikut BPJS Kesehatan ini," tuturnya.
Berkaca dari kejadian bapaknya, Sri berharap program JKN-KIS terus ada dan meringankan beban masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan. Selain itu, ia ingin program yang sudah bertahun-tahun berjalan ini terus berkembang dan semakin dicintai oleh masyarakat Indonesia.
"Kalau untuk urusan sakit, sekarang ada BPJS Kesehatan yang jadi pilihan. Karena sudah jadi kepercayaan masyarakat, tentu harus terus konsisten memberikan yang terbaik dan harapan untuk itu menurut saya terbuka lebar bagi BPJS Kesehatan," pungkasnya. (*)