Surabaya (ANTARA) - Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) meresmikan dua laboratorium yakni laboratorium virtual reality dan laboratorium microteaching untuk menunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama Pandemi COVID-19.
"Laboratorium ini disiapkan untuk menjawab kegelisahan para dosen dan juga mahasiswa, terkait dengan mata kuliah yang mensyaratkan dan mewajibkan adanya praktikum. Karena hampir semua program studi ada praktikum, maka dua laboratorium ini dapat dimanfaatkan untuk semua fakultas dan program studi," kata Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS) Prof. Mohammad Nuh saat meresmikan laboratorium di Surabaya, Jumat.
Hadir dalam persemian tersebut Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII Prof Suprapto DEA, sementara Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Prof Ir Nizam dan Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Pusat Prof. Mohammad Nasir hadir melalui daring.
Prof. Nuh mengatakan di masa Pandemi COVID-19 menyebabkan kegiatan praktikum menjadi kendala. Di sisi lain, kegiatan praktikum pada beberapa materi perkuliahan, menjadi prasyarat mutlak dalam menentukan kelulusan mahasiswa.
Penerapan protokol kesehatan, kata Prof. Nuh, tidak harus mengorbankan kualitas pembelajaran dan pendidikan yang tak berkualitas.
"Tentu tidak. Unusa menyiapkan semuanya itu melalui dua laboratorium ini yang tidak hanya untuk praktikum melalui virtual reality, tapi juga menyiapkan bahan ajar pada laboratorium microteaching," kata mantan Menteri Pendidikan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itum
Dia menjelaskan, selain bisa dimanfaatkan secara bersama-sama, laboratorium ini sekaligus bisa disetup sebagai production house (PH) untuk menyiapkan materi pembelajaran daring.
"Sepengetahuan saya dan informasi dari vendor, teknologi dan perangkat yang disediakan di laboratorium microteaching ini baru Unusa yang menggunakannya di Indonesia. Kami ingin mengenalkan sekaligus mengajak mahasiswa memanfaatkan teknologi terkini," katanya.
Prof. Nuh menjelaskan, keunggulan laboratorium microteaching yang pertama di Indonesia tersebut digunakan di lingkungan lembaga pendidikan adalah karena memiliki interactive board sebagai pengganti white board.
Interactive board adalah sebuah perangkan layaknya TV berukuran 50 sampai 80 inch dengan kemampuan touch screen.
Dinamakan interactive board karena pengguna bisa langsung berinteraksi dengan apa yang ditampilkan di papan tersebut seperti, presentasi, video, dan lain lain.
Selain itu agar mempermudah tenaga pengajar dalam menjelaskan suatu materi di lengkapi pula dengan teknologi bernama lightboard.
"Cara kerja teknologi ini cukup sederhana, mirip dengan papan tulis pada umumnya, namun alih-alih menggunakan papan, light board menggunakan kaca, sehingga tembus pandang," katanya.
Terpisah Rektor Unusa, Prof. Achmad Jazidie mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih atas upaya pihak yayasan yang ikut memikirkan terhadap kebutuhan mendesak di tengah keterbatasan proses pembelajaran daring terkait dengan pelaksanaan praktikum.
“Kini praktikum tidak lagi menjadi kendala. Melalui laboratorium virtual reality mahasiswa bisa melakukan praktikum secara virtual. Sementara di laboratorium microteaching, mahasiswa bisa melakukan praktik mengajar yang sesungguhnya, sedang dosen bisa mensetup laboratoriumnya untuk PH menyiapkan materi perkuliahan untuk daring dengan lebih baik," katanya.
Dikatakannya, Unusa berusaha untuk bisa beradaptasi dengan kondisi ke kinian, tapi juga dibarengi dengan tindakan kreatif.
"Kehadiran laboratorium virtual reality adalah contoh kecil dalam memberikan jawaban terhadap model pembelajaran konvensional dalam hal praktikum, yang mewajibkan peserta didik hadir dalam satu laboratoroium untuk melakukan berbagai macam percobaan," katanya.
Unusa, lanjut dia, mencoba menembus kebuntuan model pembelajaran konvensional, dalam hal ini praktikum di laboratorium dengan memanfaatkan teknologi virtual reality. (*)