Asops Kasau optimistis Tim SAR akan temukan badan pesawat Sriwijaya Air
Minggu, 10 Januari 2021 11:27 WIB
Jakarta (ANTARA) - Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Muda TNI Henri Alfiandi optimistis Tim SAR gabungan akan menemukan badan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1).
"Saya optimistis pemangku kepentingan ataupun satuan lain bisa segera menemukan (badan pesawat) khususnya di laut yang memiliki alat sonar. Kita doakan bersama kotak hitam atau black box sudah bisa ditemukan dengan cepat dan bisa segera menemukan titiknya," kata Henri di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Ahad.
Dengan demikian, lanjut dia, evakuasi korban dapat segera dilakukan dan ditemukan.
Baca juga: TNI AU kerahkan empat pesawat bantu pencarian pesawat Sriwijaya Air
Berdasarkan hasil pencariannya melalui udara dengan menggunakan helikopter EC-725 Caracal ditemukan serpihan-serpihan yang diduga berasal dari badan pesawat.
Pada pencarian pertama, kata Henri, belum ditemukan benda-benda yang mencurigakan. Namun, setelah melakukan pencarian lebih dekat ditemukan banyaknya serpihan.
"Banyaknya serpihan. Saya tak yakin apakah itu serpihan sampah laut, yang jelas itu sampah. Sampah itu terdiri atas berbagai macam. Akan tetapi, kecurigaan kami itu adalah bagian dari hal-hal yang mudah mengapung dari bagian pesawat," kata Henri.
Observasi yang dilakukannya untuk mencari pesawat Sriwijaya SJ-182 itu dengan menerbangkan dua helikopter untuk menuju koordinat hilangnya pesawat tersebut, yakni 0555 23 LS dan 1063605 Bujur Timur.
"Kami menggunakan cara pencarian sistem ladder dengan jarak 9 mile atau kurang lebih 15 km dengan jarak pencarian sekitar 3 mile dengan ketinggian mulai dari 1.000 feet kurang lebih 300 meter. Kami mencari sampai 4 kali," ujar Henri.
Selain itu, dia juga melihat tumpahan minyak yang diduga berasal dari pesawat Sriwijaya yang jatuh di selatan Pulau Laki, Kepulauan Seribu.
"Kami bisa melihat adanya anomali perubahan atau kontras warna permukaaan laut," kata lulusan AAU 1988 ini.
Ia lantas berasumsi itu adalah tumpahan minyak karena sangat jelas sekali.
"Anomali perubahan kontras itu dan luas sekali jangkauannya. Kira-kira itu tumpahan minyak bahan bakar pesawat,"
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada hari Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak di posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat take off dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya pada pukul 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca. (*)
"Saya optimistis pemangku kepentingan ataupun satuan lain bisa segera menemukan (badan pesawat) khususnya di laut yang memiliki alat sonar. Kita doakan bersama kotak hitam atau black box sudah bisa ditemukan dengan cepat dan bisa segera menemukan titiknya," kata Henri di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Ahad.
Dengan demikian, lanjut dia, evakuasi korban dapat segera dilakukan dan ditemukan.
Baca juga: TNI AU kerahkan empat pesawat bantu pencarian pesawat Sriwijaya Air
Berdasarkan hasil pencariannya melalui udara dengan menggunakan helikopter EC-725 Caracal ditemukan serpihan-serpihan yang diduga berasal dari badan pesawat.
Pada pencarian pertama, kata Henri, belum ditemukan benda-benda yang mencurigakan. Namun, setelah melakukan pencarian lebih dekat ditemukan banyaknya serpihan.
"Banyaknya serpihan. Saya tak yakin apakah itu serpihan sampah laut, yang jelas itu sampah. Sampah itu terdiri atas berbagai macam. Akan tetapi, kecurigaan kami itu adalah bagian dari hal-hal yang mudah mengapung dari bagian pesawat," kata Henri.
Observasi yang dilakukannya untuk mencari pesawat Sriwijaya SJ-182 itu dengan menerbangkan dua helikopter untuk menuju koordinat hilangnya pesawat tersebut, yakni 0555 23 LS dan 1063605 Bujur Timur.
"Kami menggunakan cara pencarian sistem ladder dengan jarak 9 mile atau kurang lebih 15 km dengan jarak pencarian sekitar 3 mile dengan ketinggian mulai dari 1.000 feet kurang lebih 300 meter. Kami mencari sampai 4 kali," ujar Henri.
Selain itu, dia juga melihat tumpahan minyak yang diduga berasal dari pesawat Sriwijaya yang jatuh di selatan Pulau Laki, Kepulauan Seribu.
"Kami bisa melihat adanya anomali perubahan atau kontras warna permukaaan laut," kata lulusan AAU 1988 ini.
Ia lantas berasumsi itu adalah tumpahan minyak karena sangat jelas sekali.
"Anomali perubahan kontras itu dan luas sekali jangkauannya. Kira-kira itu tumpahan minyak bahan bakar pesawat,"
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada hari Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak di posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Pesawat take off dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya pada pukul 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca. (*)