Surabaya (ANTARA) - Risiko kematian ibu dan anak selama masa pandemi COVID-19 masih tinggi sehingga dibutuhkan kolaborasi antarpihak untuk mencegah risiko kematian ibu dan anak di berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur, kata seorang pakar kesehatan.
"Situasi pandemi COVID-19 belum mereda, hasil rekomendasi dari pencegahan kematian ibu dan anak juga harus memperhatikan arah kebijakan RPJMD dan RPJMN," kata Child Survival and Development (CSD) Specialist UNICEF dr. Armunanto, M.PH saat Deseminasi Hasil Analisis Agregat Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Jatim yang digelar secara daring oleh Geliat Universitas Airlangga bersama UNICEF di Surabaya, Rabu.
Armunanto mengatakan upaya menekan kematian ibu dan anak di Jatim harus terus dilakukan selama masa pandemi COVID-19 karena ada beban ganda dengan pandemi yang sedang melanda di hampir semua negara di dunia.
Person in Charge (PIC) Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat Membangun Generasi Cemerlang Berbasis Keluarga (Geliat) Universitas Airlangga Surabaya Dr. Nyoman Anita Damayanti mengatakan berbagai data akan diolah untuk bisa menjadi pijakan dalam mencari penyebab kematian ibu dan anak di Jatim.
Termasuk juga data-data sekunder dari berbagai dinas yang ada di Pemprov Jatim maupun Pemerintah Kabupaten/Kota. Sampai saat ini, pihaknya juga mendapatkan banyak data dari 18 kabupaten/kota yang sudah melakukan kerja sama.
"Kita akan berdiskusi lagi dalam mengolah data-data itu, sekaligus meraih cita-cita bersama untuk menekan kematian ibu dan anak," ujarnya.
Ia pun menyadari kerja sama dalam menekan kematian ibu dan anak tak bisa sendirian karena semua pihak memiliki peranan besar dalam memberikan kontribusi bersama untuk mencari potongan puzzle dalam menciptakan sistem yang bisa menekan angka kematian ibu dan anak.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jatim drg. Vitria Dewi MSi menuturkan, pihaknya melihat permasalahan kematian ibu dan anak cukup kompleks. Makanya berbagai data yang ada di lapangan akan mendukung hasil analisa yang dilakukan dalam mengatasinya.
Apalagi, lanjut dia, selama pandemi COVID-19 ini ancaman yang harus dihadapi lebih banyak. Bebeapa laporan seperti dari Kediri, Jombang dan Jember menunjukan fakta kesulitan yang harus dihadapi para ibu ketika menjalani persalinan.
"Rumah sakit kebanyakan penuh dan kekurangan bed. Sulit bagi ibu hamil untuk mendapatkan pertolongan dalam persalinan," katanya.
Ia melanjutkan, persoalan ini memang harus diatasi sejak dini. Untuk itu, kata dia, pihaknya sudah koordinasi dengan bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes) kalau sebuah daerah butuh rumah sakit untuk rujukan ibu melahirkan.
"Ada rumah sakit milik daerah lain yang bisa dipakai dengan cara terencana dan sejak dini tentunya," katanya.
Kolaborasi dibutuhkan cegah risiko kematian ibu dan anak saat pandemi COVID-19
Rabu, 30 Desember 2020 14:06 WIB