Sleman (ANTARA) - Panewu (Camat) Cangkringan Suparmono berharap KPU Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memindah atau menggeser tempat pemungutan suara (TPS) di Dusun Kalitengah Lor ke barak pengungsian erupsi Gunung Merapi di Glagaharjo.
Hal itu, kata Panewu Suparmono di Sleman, Jumat, untuk mempermudah pengungsi dalam memberikan hak suara pada Pemilihan Bupati Sleman dan Wakil Bupati Sleman 2020 pada tanggal 9 Desember mendatang.
Untuk TPS Dusun Kalitengah Lor, kata Suparmono, telah disiapkan satu TPS untuk Pilkada 2020. Namun, dengan perkembangan aktivitas Merapi, warga Kalitengah banyak yang diungsikan ke barak Glagaharjo sehingga akan lebih baik jika TPS digeser ke barak pengungsian.
Menurut dia, seperti rencana semula, TPS untuk Dusun Kalitengah Lor, Glagaharjo tetap cukup satu saja, hanya lokasi TPS saja yang digeser dari Dusun Kalitengah Lor ke lokasi di barak pengungsian.
"Karena jumlah pemilih di Dusun Kalitengah Lor tidak banyak, tidak lebih dari 500 pemilih, akan lebih baik jika TPS tersebut digeser ke barak pengungsian Glagaharjo saja. Cukup satu TPS, hanya tempatnya digeser," katanya menegaskan.
Dengan demikian, kata Suparmono, tidak harus ada penambahan petugas pemilihan suara karena petugas jumlahnya tetap sama dengan rencana sebelumnya.
"Untuk mekanisme pemilih datang dan memberikan suaranya, tetap mengacu pada tata cara yang sudah ada sebelumnya, seperti pengaturan jam untuk waktu memilih masing-masing pemilih," katanya.
Menyinggung soal warga Kalitengah Lor yang tidak turut mengungsi, Suparmono mengatakan bahwa mereka memberikan hak suaranya juga di TPS sekitar barak pengungsian Glagaharjo.
"Warga nonkelompok rentan yang tidak mengungsi dan memiliki hak suara, nanti juga mencoblos di TPS barak pengungsian karena mereka 'kan bisa datang ke TPS," katanya.
Ia menyebutkan lebih dari 200 warga Dusun Kalitengah Lor, Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman saat ini harus mengungsi di barak pengungsian Glagaharjo karena wilayah mereka masuk dalam zona rawan bencana erupsi Gunung Merapi, jaraknya kurang dari 5 kilometer dari puncak.
Para pengungsi ini, kata Suparmono, merupakan warga kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, balita, ibu hamil, dan penyandang difabel.
Selain itu, lanjut dia, ada juga pengungsi dewasa. Mereka ikut mengungsi karena menemani kakek/neneknya, anaknya, dan ada pula yang masih trauma dengan peristiwa erupsi Merapi 2010. (*)