Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Prof Nizam mengatakan dibutuhkan setidaknya 250.000 talenta di bidang kecerdasan buatan.
"Kalau menurut teman-teman dari perindustrian, dibutuhkan 250.000 talenta di bidang kecerdasan buatan dalam waktu lima tahun ke depan. Itu bisa dipenuhi jika kita bergandengan tangan dan bergotong royong antara dunia pendidikan, pemerintah dan industri," ujar Nizam dalam peluncuran konsorsium riset kecerdasan buatan di Jakarta, Rabu.
Dia menambahkan pada pengembangan kecerdasan buatan atau AI maka harus bergandengan tangan dari hulu ke hilir. Pendekatannya tidak harus dari atas ke bawah, melainkan dari bawah ke atas.
Pendekatan seperti itu, katanya, disesuaikan dengan kebutuhan, maka akan lebih berkelanjutan. Dia menjelaskan perubahan tidak akan terjadi jika hanya mengandalkan dunia industri atau dunia kerja.
"Dengan adanya konsorsium ini, saya yakin akan dapat membangun daya saing bangsa di bidang kecerdasan buatan dengan lebih baik lagi," ujar dia.
Kecerdasan buatan tersebut dapat diaplikasikan pada bidang pangan, kesehatan, keamanan, industri maupun penjualan elektronik. Saat ini kebutuhan akan transportasi cerdas, kota cerdas, hingga kantor cerdas amat tinggi.
"Kita harus mengantisipasi itu dengan melahirkan sebanyak-banyaknya talenta digital kita. Kita bersyukur, kita berkolaborasi dengan mitra strategis kita," kata dia.
Nizam menegaskan bahwa riset tidak bisa dilepaskan dari talent pool dan talent pool hanya akan berkembang dengan riset yang sesuai dengan kebutuhan.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan konsorsium riset tersebut bertujuan untuk menyiapkan talenta kecerdasan artifisial yang berdaya saing dan berkarakter.
"Mewujudkan ekosistem data dan infrastruktur yang mendukung kontribusi kecerdasan buatan untuk kepentingan negara," katanya.
Kemudian, menurut Hammam, mewujudkan kecerdasan buatan yang beretika dengan nilai Pancasila dan menumbuhkan ekosistem kolaborasi riset dan inovasi kecerdasan artifisial.
Selain itu, kata dia, upaya ini untuk mendukung Making Indonesia 4.0, yakni suatu peta jalan strategi Indonesia dalam implementasi memasuki industi 4.0 untuk mencapai 10 besar ekonomi terkuat dunia pada 2020. (*)