Banyuwangi (ANTARA) - Program Terapi Okupasi dan Pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (Teropong Jiwa) Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, memperoleh penghargaan dari Kementerian Kesehatan RI dan dinobatkan sebagai pemenang lomba inovasi layanan kesehatan jiwa.
Penghargaan ini diserahkan secara virtual oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Kementerian Kesehatan dr Achmad Yurianto bertepatan dengan acara puncak peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada 10 Oktober 2020.
"Terapi kerja ini bertujuan agar pasien ODGJ tidak mengalami kekambuhan, mereka bisa lebih fokus dan tidak mudah emosional dan yang pasti tujuannya agar mereka bisa mandiri ke depan. Program ini berjalan sejak 2017," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr Widji Lestariono di Banyuwangi, Selasa.
Ia menjelaskan, program Teropong Jiwa merupakan program pemberian terapi kerja bagi ODGJ yang diinisiasi oleh Puskesmas Gitik Kecamatan Rogojampi. Pasien ODGJ yang sudah stabil setelah menjalani serangkaian pengobatan, lanjut dia, dilatih berbagai ketrampilan kerajinan tangan.
Yang membuat spesial dari program ini, menurut Rio, para ODGJ setelah mendapat keterampilan mereka disalurkan ke sejumlah tempat kerja, mulai diajak bekerja di UMKM ataupun diikutkan orang tua asuh, yang artinya puskesmas mencari keluarga yang mau menerima ODGJ yang sudah pulih untuk bisa menjadi bagian dari keluarganya, dan program ini khusus bagi ODGJ yang tidak mempunyai keluarga.
"Kami salurkan ada yang kerja di di UMKM, ataupun sanggar seni. Mereka ada yang ikut kerja di industri kue rumahan. Kalau orang tua asuh, mereka ada yang ikut orang dan diajak bekerja di usaha penggilingan beras, jadi mereka diberi kesibukan untuk meminimalisir kambuh kembali," paparnya.
Sementara itu, drg Ai Nurul Hidayah selaku Penanggung Jawab Kegiatan Program Puskesmas Gitik Rogojampi, Banyuwangi, menyampaikan sejak diluncurkan tiga tahun lalu tercatat sudah ada 54 ODGJ yang dilatih di Puskesmas Gitik.
"Kami bekerjasama dengan pelaku UMKM dan sanggar seni serta siapa pun yang peduli. Hingga saat ini, sudah ada ada 25 orang ODGJ yang ditampung oleh lima pengusaha asuh dan delapan keluarga asuh,” jelasnya.
Ia menjelaskan, latar belakang program ini muncul diawali dari jumlah ODGJ di wilayahnya yang mencapai 54 orang dengan berbagai penyebab. Saat itu, kata duq, angka kasus pasung berjumlah tujuh kasus, angka kekambuhan ada 31 ODGJ dan sisanya yang bolak balik dirujuk ada 13 kasus.
"Dari kondisi itu, puskesmas akhirnya membentuk Tim Kesat (Kembali Sehat), dengan menunjuk tenaga yang dilatih khusus untuk penanganan penderita jiwa. Tugasnya mengondisikan pelayanan dan antar jemput ODGJ ke Poli Kesat, sedangkan untuk terapisnya, berasal dari tenaga dokter, sementara instruktur pelatihan dipandu langsung oleh kader Klkesehatan jiwa," katanya.
Poli Kembali Sehat memberikan pelayanan dengan penekanan pelatihan bagi penderita yang sudah mulai stabil menjalani pengobatan. Pelatihan keterampilan (terapi okupasi) diberikan seperti membuat tas dan piring dari bahan daur ulang, membuat kue, berhias dan pelatihan kembali ke kehidupan spiritual.
"Bahkan di masa pandemi COVID-19 ini mereka dilatih membuat masker dan pelindung wajah. Semua hasil karya mereka dipasarkan baik secara daring maupun bisa diperoleh di Puskesmas Gitik,' ujarnya.
Data diperoleh, inovasi Teropong Jiwa juga berhasil masuk dalam program inovatif Top 99 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK) yang digelar oleh Kemenpan RB. Pada tahun 2019 program ini juga masuk dalam 25 besar Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Kovablik) tingkat Provinsi Jawa Timur. (*)
Program "Teropong Jiwa" Banyuwangi peroleh penghargaan dari Kementerian Kesehatan
Selasa, 13 Oktober 2020 12:28 WIB