Surabaya (ANTARA) - Dua mahasiswi Program Studi Desain Fashion dan Tekstil (DFT) Universitas Kristen Petra, Tiffany Auke Kurnia Septianingrum Azalya menyabet juara di ajang "Surabaya Fashion Designer Award 2020" yang merupakan rangkaian agenda tahunan Surabaya Fashion Parade (SFP) ke-13.
Tiffany ditemui di kampus setempat, Jumat mengatakan dirinya menjadi juara 2 setelah mengubah limbah plastik menjadi ornamen busana dengan judul Awekening.
"Saya sangat senang hasil karya baju dengan susah payah bisa diapresiasi oleh orang-orang," ujarnya.
Dia membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan untuk mengerjakan desain ini. Baju tersebut menggambarkan seorang putri kerajaan dengan kehidupan serba mewah tetapi secaara tiba-tiba harus menjadi pemimpin bagi rakyatnya.
"Pakaian ini ditujukan untuk wanita muda yang aktif dalam beraktifitas. Dapat digunakan untuk acara spesial pada siang hingga sore hari. Penggunaan aplikasi recycle bunga dari plastik karena tetap ingin memperlihatkan sisi elegant, kreatif, keberanian dan kepintaran dari seorang putri," katanya.
Pada proses pembuatannya, Tiffany mengumpulkan botol plastik yang sudah tidak digunakan kemudian dipotong kecil-kecil. Setelah itu, ia bakar di atas api kemudian dijahit ke baju bersama dengan manik-manik.
"Saya ingin mengurangi pencemaran lingkungan sehingga muncullah ide ini," katanya.
Sementara itu, Auke Kurnia Septianingrum Azalya menjadi juara 5 setelah membuat desain baju bernuansa Indonesia Heritage dengan judul Sustainable Dysto-Tenun War.
"Saya mencoba pakaian dari game itu di crossover kan dengan kain tekstil tenun yang berasal dari NTT (Nusa Tenggara Timur)," kata mahasiswi angkatan 2019 itu.
Auke, begitu ia sering dipanggil, sangat senang bisa mengikuti kompetisi ini bahkan hingga memperoleh gelar juara sebab ia bisa mendapatkan sumber inspirasi dari peserta lain.
"Saya membutuhkan waktu desain kurang lebih dua minggu. Kemudian proses penjahitannya memakan waktu kurang lebih satu bulan. Pembagian waktu dan sempat berubah ide lah yang menjadi kendalaku," ujar Auke.
Pakaian ini dapat digunakan untuk acara formal, bisa juga digunakan untuk pesta. Suasananya meriah memunculkan sisi etnik dari indonesia itu sendiri yaitu kain tenun.
Uniknya selain menggunakan teknik creative fabric atau anyaman, Auke juga menambahkan unsur sustainable.
"Syal yang saya pakai bekas, tak hanya itu kain tenunnya merupakan bekas taplak meja. Ditambah lagi outer kain hitam yang saya pakai merupakan baju yang dulu tidak jadi saya gunakan. Sehingga saya bisa mengurangi sampah tekstil," tutur Auke. (*)