Ngawi, Jatim (ANTARA) - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 yang digelar pada 9 Desember mendatang berpotensi memunculkan calon tunggal di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, sebagai daerah yang juga akan menggelar pesta demokrasi tersebut.
Di Jawa Timur dalam Pilkada Serentak 2020, terdapat 19 kabupaten dan kota yang akan menyelenggarakannya. Dari jumlah tersebut peluang calon tunggal atau lawan kotak kosong berpontensi muncul di kabupaaten Ngawi dan Kediri.
Mengutip pernyataan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini, diperkirakan terdapat 31 daerah yang berpotensi menghadirkan calon tunggal dalam Pilkada Serentak 2020. Jumlah itu meningkat hampir dua kali lipat bila dibandingkan pada Pilkada Serentak 2018 dengan kandidat calon tunggal sebanyak 16 pasangan. Adapun, dari 31 daerah itu terdiri atas 26 kabupaten dan lima kota, termasuk Ngawi dan Kediri di dalamnya.
Kondisi yang seperti itu, tentu menimbulkan pemikiran bahwa keberadaan calon tunggal dalam kontestasi pilkada mulai menjadi hal yang wajar. Terlebih, fakta politik tersebut juga telah diatur dalam Peraturan KPU (PKPU) dan dianggap sah.
PKPU yang dimaksud adalah PKPU Nomor 14 Tahun 2015 tentang pilkada dengan satu pasangan calon, yang kemudian direvisi dalam PKPU Nomor 13 Tahun 2018. Dengan demikian, pilkada dengan calon tunggal bukan merupakan hal baru karena sudah pernah terjadi di pilkada sebelumnya. Meski, secara demokrasi, akan lebih baik apabila pilkada diikuti lebih dari satu pasangan calon.
Tokoh masyarakat Ngawi Syamsul Wathoni mengatakan peluang munculnya calon tunggal di kabupaten Ngawi disebabkan karena para elite politik dan elite masyarakat setempat menghendaki fakta demikian.
Baca juga: Lawan kotak kosong, pasangan OK targetkan 90 persen suara Pilkada Ngawi
Baca juga: Menakar peluang "head to head" di Pilkada Jember
Sejarah pagelaran pilkada yang telah berlangsung selama empat kali sebelumnya menunjukkan bahwa pemilihan kepala daerah secara langsung sangatlah mahal. Orang atau partai politik harus merogoh kocek dalam untuk ikut berkompetisi.
Pada tahap pilkada sebelumnya, masih banyak kandidat yang memiliki greget dan punya misi untuk memimpin Ngawi. Sebaliknya, saat ini banyak orang berpikir taruhannya sebanding atau tidak jika menang ataupun kalah dengan modalitas yang dikerahkan saat ikut pilkada.
"Hal tersebut, membuat orang atau partai politik menghitung kemungkinan seberapa besar peluang untuk menang dari pada sekadar meramaikan kontestasi demokrasi," ungkap Wathoni yang juga mantan Ketua KPU Ngawi tersebut.
Kondisi itu jelas menunjukkan bahwa partai politik lebih pragmatis ingin menang. Sehingga, mereka berbondong-bondong, secara borongan memberikan dukungan kepada partai atau calon yang sangat kuat.
Adapun calon tunggal yang dipastikan akan ikut dalam Pilkada Serentak 2020 di Ngawi adalah pasangan Ony Anwar-Dwi Rianto Jatmiko atau Antok (OK) yang diusung oleh PDI Perjuangan (PDIP).
Tak hanya PDIP, pasangan OK juga didukung sejumlah partai besar seperti Partai Golkar, PKB, Demokrat, PAN, Nasdem, PKS, dan Gerindra. Bahkan OK juga mendapat restu dari kalangan pondok pesantren se-Kabupaten Ngawi, tokoh masyarakat, dan komunitas lainnya.
Alasan lain yang membuat calon tunggal mencuat di Ngawi, masih menurut Wathoni, adalah adanya perubahan regulasi dari rekomendasi pusat (DPP) ke DPC partai politik di tingkat kabupaten dan kota. Hal itu juga berpengaruh terhadap kreativitas masing-masing partai politik di tingkat kabupaten dan kota yang tidak bisa memutuskaan sendiri dan harus melalui proses konsultasi DPP.
Pihaknya tak menampik, fakta politik keberadaan calon tunggal di Ngawi juga menunjukkan kondisi miskin kader di sejumlah partai. Kenyataan tersebut dinilainya lebih baik dari pada keberadaan calon "jadian-jadian" atau calon "boneka".
Pihaknya juga tak menolak bahwa keadaan yang demikian semakin menguatkan persepsi publik akan predikat politik dinasti di Ngawi. Dimana Ony Anwar yang saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati Ngawi dari Bupati Ngawi Budi Sulistyono merupakan anak dari mantan Bupati Ngawi Harsono yang dulunya berpasangan dengan Budi Sulistyono sebagai wakilnya.
Tanpa Oposisi
Syamsul Wathoni menyatakan keberadaan calon tunggal atau lawan kotak kosong di Pilkada Ngawi 2020 tidak hanya memberikan dampak pada derajat demokrasi, namun juga akan berdampak pada tidak adanya oposisi yang berfungsi mengkritisi jalannya pemerintahan kedepan-nya jika pasangan calon tersedia yang menang.
Ia menilai salah satu tata kelola pemerintah yang baik haruslah ada proses pengawasan. Hal itu yang menjadi pekerjaan rumah di Pemerintahan Kabupaten Ngawi.
Untuk itu, satu pasangan calon yang ada, harus bekerja keras meyakinkan masyarakat dan menunjukkan layak dipilih. Sebab, jika sampai kotak kosong yang menang, jumlah kerugian yang diderita akan lebih besar lagi karena selain kehilangan kepercayaan pemilih juga harus mengikuti kontestasi lagi.
Baca juga: Melihat peluang dalam pertarungan Pilkada Gresik
Baca juga: Politik Kekerabatan di Jatim juga kental
Jika nantinya suara calon tunggal kalah dibanding kotak kosong berdasarkan hasil perhitungan KPU, maka pasangan calon yang kalah boleh mencalonkan lagi dalam pemilihan berikutnya. "Kondisi itu tentu mengeluarkan uang yang lebih banyak lagi," ucapnya.
Karenanya, menjadi tugas besar bagi pasangan OK untuk mewujudkan "janji" dan kontrak politiknya jika menang untuk meningkatkan kesejahteraan warga Ngawi. Buka hanya menampilkan sosok yang "begitu-begitu" saja.
Pasangan Ony Anwar-Dwi Rianto Jatmiko atau Antok (OK) yang diusung oleh PDI Perjuangan dan koalisi partai politik lainnya yakin menang dalam helatan Pilkada Ngawi 2020 yang digelar Desember mendatang.
Pasangan tunggal itu memberanikan diri menargetkan perolehan suara hingga 90 persen dalam gelaran pilkada tersebut.
"Karena lawan kami tidak ada, jadi target-nya sudah pasti di atas 80 persen hingga 90 persen," ujar Wakil Ketua DPD PDIP Jatim Budi Sulistyono.
Menurut Kanang, sapaan akrab Budi Sulistyono, pasangan yang diusungnya akan melawan kotak kosong. Pihaknya meyakini warga Ngawi akan memilih pasangan OK, karena sudah jelas memiliki visi dan misi.
"Kami yakin pasangan OK ini merupakan aktualisasi dari keinginan masyarakat terhadap pemimpin mereka ke depan," ujar Kanang yang juga Bupati Ngawi tersebut.
Ia menjelaskan PDIP dan koalisi semua partai politik di Ngawi telah mendeklarasikan untuk mengusung pasangan OK pada Pilkada Ngawi 2020. Ia menilai deklarasi itu merupakan bentuk faktual dari seluruh partai politik di Ngawi untuk memberikan dukungan kepada pasangan OK maju sebagai calon bupati dan wakil bupati Ngawi.
Sementara, Ony Anwar optimistis dapat merealisasikan target perolehan suara hingga 90 persen tersebut. Apalagi, pihaknya dan Antok didukung seluruh parpol pemilik kursi di parlemen serta sejumlah elemen masyarakat di Ngawi.
"Kalau sudah ditargetkan seperti itu, berarti kami harus kerja keras dan amanah untuk mewujudkannya," ujar Ony yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Bupati Ngawi itu.
Dwi Rianto Jatmiko alias Antok menambahkan, dalam waktu dekat pihaknya segera menyiapkan tim kampanye serta finalisasi visi-misi bersama partai pengusung.
"Kami berharap semua bisa bekerja sama demi kemajuan dan kesejahteraan Ngawi ke depan," kata pria yang juga Ketua DPRD Ngawi itu.
Selain penyusunan tim kampanye, pasangan OK juga sedang mempersiapkan diri untuk tahapan pencalonan Pilkada Ngawi 2020 yang sesuai rencana akan dibuka KPU setempat pada 4-6 September 2020. Sedangkan penetapan calon kepala daerah dijadwalkan pada 23 September 2020. (*)