Surabaya (ANTARA) - Pelaku budaya Tanah Air, Rakyan Ratri Syandriasari, berharap kain jarik tidak diidentikkan dengan hal-hal yang bertentangan dengan moral karena merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia.
"Kain jarik merupakan hasil dari kekayaan budaya Indonesia kita tercinta, akan tetapi rasanya sungguh menyedihkan jika diidentikkan dengan hal yang bertentangan dengan moral," ujarnya ketika dikonfirmasi dari Surabaya, Selasa.
Sorotan perempuan yang juga penari tradisional tersebut tidak lepas dari kasus fetish kain jarik berkedok riset oleh seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya berinisial G.
Kasus dugaan pelecehan seksual itu viral di Twitter dan salah seorang terduga korban berinisial MFS mengaku dimintai bantuan agar mau membungkus dirinya menggunakan kain jarik.
Rakyan Ratri Syandriasari yang putri sulung anggota DPR RI Puti Guntur Soekarnoputri tersebut menyatakan tidak setuju terhadap kasus penyimpangan seksual itu, termasuk dengan yang dilakukan pelaku terhadap para korban.
Namun, ia menyarankan lebih baik jika fokus pembahasannya adalah seseorang yang memiliki fetish terhadap orang yang terbungkus kain, mengingat tidak semua korban menggunakan jarik.
"Tetapi, semua korban memang terbungkus kain sehingga tidak memunculkan pikiran-pikiran yang tidak berkenan terhadap kain jarik sebagai salah satu kain daerah," ucapnya.
Syandria, sapaan akrabnya, juga menyayangkan berbagai tulisan dan informasi pada kasus tersebut diidentikkan dengan kain jarik.
Secara tidak langsung, lanjut dia, informasi-informasi tersebut juga dapat berdampak kepada para perajin kain yang pada awalnya sudah susah dan kini menjadi semakin sulit lagi.
"Karena banyak pemuda yang belum mengenal baik tentang kain daerah. Kalau membacanya, justru melihat jarik yang merupakan salah satu kain daerah, sebagai suatu hal yang tak senonoh. Ini sangat disayangkan dan saya sedih sekali," katanya.
Menurut dia, jangan sampai dengan adanya tindakan seseorang yang tidak bertanggung jawab malah membuat masyarakat takut atau memiliki pemikiran-pemikiran tak senonoh terhadap kekayaan budaya bangsa.
"Justru kita dapat menjadikan hal ini sebagai kesempatan untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai budaya Indonesia, seperti kain-kain daerah yang ada di seluruh penjuru Indonesia," tuturnya.