Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemuda dan Olahraga meminta operator Liga 1 Indonesia untuk melakukan tes reaksi berantai polimerase (PCR) bukan tes cepat atau rapid test dalam memastikan para pemain dan ofisial tim tidak terpapar COVID-19.
"Pertama adalah pada saat masuk itu harus di-swab PCR. Karena dulu ada yang nawar rapid test karena lebih murah, ini bukan masalah murah atau tidaknya, karena potensi body contact-nya tinggi yah," ujar Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto dalam diskusi daring di Graha BNPB, Rabu.
Gatot mengatakan tes kesehatan saat melanjutkan kompetisi harus dilakukan secara ketat. Hal tersebut merujuk pada aturan yang dikeluarkan oleh federasi-federasi sepak bola di Eropa seperti Inggris, Spanyol, dan Jerman.
Menurut ia, para pemain di benua Eropa melakukan tes PCR secara berkala, baik itu beberapa hari sebelum bertanding maupun sesudah pertandingan. Hasilnya pun terbukti, hingga musim 2019/2020 usai tidak ada pemain yang dilaporkan positif.
"Tapi, sekali lagi, ingat lebih baik kita patuh pada peraturan kesehatannya daripada kemudian melampiaskan karena ini sudah bosen, sudah nunggu lama. Nggak ada maksud dari gugus tugas atau pemerintah untuk membatasi," katanya.
Ia juga berharap kepada klub untuk menerapkan protokol yang ketat terhadap para pemainnya jika tidak ada pertandingan. Apalagi PSSI dan PT. LIB akan memusatkan sebagian markas tim di Yogyakarta.
"Saya bercanda ke beberapa manajer (klub sepak bola) jangan sampai nanti di Yogyakarta menjadi klaster baru karena DIY kan relatif stabil gitu," katanya.
Kemenpora minta operator Liga 1 lakukan tes PCR bukan rapid test
Rabu, 29 Juli 2020 15:02 WIB