Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan sistem peringatan dini terhadap ancaman hujan lebat yang dimiliki Indonesia menjadi referensi bagi negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik.
"Teknologi yang digunakan sebagai referensi itu disebut sebagai numerical weather prediction atau NWP," kata Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Agie Wandala Putra melalui sambungan telepon dengan ANTARA Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan teknologi yang disebut sebagai model cuaca numerik dan dioperasikan oleh prakirawan di setiap provinsi di Indonesia itu dapat mendeteksi dan memprediksi kondisi cuaca dalam tiga, 12, dan 24 jam, bahkan dalam sepekan ke depan.
Model cuaca numerik itu, kata dia, menjadi "leading sector" atau referensi bagi negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara dan kawasan Pasifik.
"Jadi kita itu juga membantu Timor Leste, Malaysia, kemudian di Fiji, negara-negara di Pasifik, Solomon, Tonga, itu karena kita mampu menyediakan peringatan dini untuk ancaman-ancaman hujan lebat," katanya.
Secara khusus, Indonesia juga memiliki sistem peringatan dini yang bersifat analitik yang disebut dengan prakiraan cuaca berbasis dampak.
Sistem prakiraan berbasis dampak itu, katanya, dikerjakan dengan membuat pemodelan banjir dan pemodelan-pemodelan yang terkait dengan aspek hidrometeorologi lainnya.
Sistem-sistem peringatan dini tersebut termasuk sebagai sistem yang memperkirakan proses kejadian jangka cepat.
Selain NWP, dan prakiraan cuaca berbasis analitik, BMKG juga memiliki sistem peringatan dini cuaca ekstrem atau disebut meteorology early warning system (MEWS).
"Jadi kalau (sistem prakiraan, red.) cuaca ini perhitungannya dari satu jam sampai tujuh hari ke depan,"
Untuk sistem prakiraan jangka cepat tersebut, BMKG juga memiliki perlengkapan untuk memonitor perkembangan cuaca atau potensi cuaca ekstrem atau juga lebih sering disebut sebaga radar cuaca.
"Radar cuaca ini bisa kita gunakan untuk deteksi ancaman hujan lebat, daerah-daerah mana yang akan terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Dan kemudian dari data-data tersebut kita bisa melakukan analisis untuk menghitung akan ada ancaman banjir atau tidak, akan ada ancaman banjir bandang atau tidak," kata dia.
Untuk sistem prakiraan proses kejadian cuaca jangka lama, BMKG memiliki platform sistem peringatan dini bernama climatology early warning system (CEWS).
"Karena iklim biasanya (dalam jangka, red.) panjang, ada sebulan, dua bulan, tiga bulan. Nah, itu BMKG diamanahi untuk menyampaikan peringatan dini iklim ekstrem sehingga kita tahu gambaran enam bulan ke depan, sembilan bulan ke depan, itu kita akan menghadapi curah hujan tinggi enggak sih? Kita akan menghadapi kondisi kekeringan atau tidak," demikian kata Agie. (*)
BMKG: Sistem peringatan dini Indonesia jadi referensi di Asia Tenggara
Jumat, 24 Juli 2020 14:43 WIB