Surabaya (ANTARA) - Ketua Umum Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mohammad Iriawan mengingatkan risiko saat terjadi kerusuhan suporter yang menimbulkan kerugian dari berbagai pihak.
"Tak hanya klub, tapi banyak pihak akan dirugikan, termasuk pemerintah daerah," ujarnya di sela menghadiri silaturahim peserta Liga 1 dan perwakilan suporter bersama Gubernur dan Forkopimda Jawa Timur tahun 2020 di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Minggu.
Iwan Bule, sapaan akrabnya, berharap pada laga-laga di Liga 1 mulai musim ini serta turnamen sepak bola lainnya tak ada lagi kerusuhan saat pertandingan.
Dari Jawa Timur, kata dia, perdamaian diharapkan bisa dimulai, terutama dari kelompok suporter yang selama ini berseteru.
"Semisal, suporter Persebaya (Bonek Mania) dan suporter Arema (Aremania) bisa berdamai dan tak ada kerusuhan saat laga mempertemukan keduanya. Semoga dari Jatim kemudian menular ke daerah-daerah lain yang hubungan suporternya kurang baik," ucapnya.
Jenderal polisi bintang tiga itu juga menyampaikan bahwa Timnas Indonesia dipastikan bertanding tanpa penonton melawan Uni Emirates Arab (UEA) dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022, 31 Maret 2020 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Sebelumnya, Indonesia mendapat sanksi dari FIFA karena terjadi kerusuhan saat timnas bertandang ke Stadion Bukit Jalil, Malaysia pada 19 November 2019.
Indonesia dianggap melanggar dua pasal Kode Disiplin FIFA (FDC) terkait keamanan di stadion dan mengulur waktu pertandingan, bahkan Indonesia juga didenda 200 ribu Franc Swiss (CHF) atau setara Rp2,8 miliar.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berharap ada rencana utama untuk 4-5 tahun ke depan, seperti format yang terukur dan termonitor.
"Saya sudah berkomunikasi dengan Bu Sekjen PSSI tentang adanya rencana utama yang mengomunikasikan antarsuporter. Yang terpenting terukur dan termonitor," katanya.
Ketua Umum PSSI ingatkan risiko kerusuhan suporter
Minggu, 9 Februari 2020 20:28 WIB