Surabaya (ANTARA) - Kawasan hutan yang dikelola Perhutani Divisi Regional Jawa Timur seluas 1,1 juta hektar bisa dimanfaatkan masyarakat termasuk juga santri untuk kegiatan Perhutanan Sosial melalui dua skema yakni Ijin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) dan Pengakuan Perlindungan Kemitraan Kehutanan (Kulin KK).
Kepala Perhutani Divisi Regional Jawa Timur, Oman Suherman, Minggu mengatakan, lewat dua pintu skema tersebut para santri dan masyarakat bisa berkontribusi pada lingkungan sekaligus meningkatkan ekonomi dengan melakukan kerja sama dalam bidang agroforestry.
"Pemanfaatan bisa berbentuk jasa lingkungan dan kegiatan lainnya yang berbasis lahan maupun nonlahan," katanya saat memberikan paparan pada acara Ngaji Tani Akbar dan Munas Santri Tani Nusantara yang berlangsung di Pondok Pesantren (Ponpes) Genggong, Probolinggo, Jatim.
Melalui keterangan tertulisnya, Oman menjelaskan, kemitraan berbasis lahan, yaitu mengoptimalkan fungsi, manfaat serta produktivitas lahan dan sumber daya hutan seperti pembuatan tanaman, pemanfaatan lahan, pelestarian sumberdaya alam dan pemanfaatan jasa lingkungan.
"Sedangkan yang berbasis bukan lahan yaitu aktivitas atau usaha produktif yang terkait langsung atau tidak langsung dengan pengelolaan hutan dan pemberdayaan masyarakat desa hutan seperti untuk penguatan kelembagaan, penguatan modal, industri produk olahan dan peningkatan SDM masyarakat," katanya.
Menurutnya, Ngaji Tani Akbar tersebut diikuti oleh Santri dari berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan, Aceh termasuk kelompok tani hutan, pelaku industri dan masyarakat sekitar hutan dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi umat terutama bagi kalangan Santri.
Sebelumnya pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong Gus Haris Damanhuri Romly juga menyampaikan, pihaknya mengajak santri ngaji tani selama dua hari untuk bisa ikut mengembangkan pertanian di seluruh nusantara untuk membantu program pemerintah yaitu tercapainya kedaulatan pangan nasional serta menuju kemandirian pesantren.
"Melalui kegiatan ini saya berharap para santri bisa menjadi motor penggerak dalam pengembangan segala bidang, mulai dari bidang kelautan, perikanan, peternakan maupun perikanan, sehingga santri juga bisa mengelola sumberdaya alam yang ada, mengingat Indonesia merupakan negara agraris dan maritim. Potensi yang dimiliki Indonesia harus kita kembangkan bersama melalui pondok pesantren," kata Gus Haris. (*)
Perhutani Jatim buka peluang kerja sama agroforestry
Minggu, 26 Januari 2020 18:30 WIB