Denpasar (ANTARA) - Informasi adanya tiga pasien "suspect" virus corona di Bali pun langsung menjadi heboh, kendati disebut "suspect" atau masih tahap dugaan dan masih menunggu hasil laboratorium, namun era media sosial (medsos) langsung menyajikan "keramaian" dalam informasi tahap dini sekalipun.
"Saat ini ada tiga pasien yang merupakan wisatawan asing dibawa ke RSUP Sanglah. Pasien itu masih suspect, belum pasti, untuk menjelaskan itu perlu pemeriksaan swipe dan sudah dikirim ke Jakarta, kita tunggu hasilnya," kata Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Dr dr I Ketut Sudartana, Jumat (24/1) pagi.
Tiga pasien tersebut di antaranya satu orang dewasa asal Meksiko dan dua di antaranya anak - anak berusia sekitar 5 - 6 tahun yang berasal dari China. Satu pasien dari Meksiko itu memang sempat lama ada di China, kemudian ke Filipina dan Jakarta hingga seminggu lalu ada di Bali.
"Mereka memiliki keluhan panas. Ada yang dirujuk dari RS BIMC dan ada juga yang datang sendiri ke Sanglah. Untuk pengobatan ya tentu kita sudah memberikan obat penurun panas untuk yang panas suhu tubuhnya dan juga obat batuk sesuai keluhan," ucap dr Sudartana.
Untungnya, kehebohan itu langsung terjawab pada Jumat (24/1) siang yakni salah satu turis asing, asal Meksiko yang sebelumnya sempat dirawat di ruang isolasi RSUP Sanglah, Denpasar, karena diduga terjangkit virus Corona, diperbolehkan pulang, karena hasil pemeriksaannya dinyatakan negatif.
"Hasilnya sudah datang dari Jakarta dan hasilnya negatif untuk yang dari Meksiko ini, rencananya akan dipulangkan oleh dokternya yang merawat dan diperbolehkan rawat jalan," kata Dr dr I Ketut Sudartana.
Sementara itu, dua turis asing lainnya yang berasal dari China masih menunggu hasil laboratorium, namun kini kondisinya mulai membaik.
"Dua lainnya masih di ruang isolasi sambil menunggu hasilnya. Kondisinya baik-baik saja, suhu tubuh tidak panas, sekitar 37,5 derajat Celsius, cuma masih mengeluh pilek dan batuk," ucapnya.
Hal yang diperiksa yaitu swab rongga hidung dan tenggorokan dari pasien, lalu hasil pemeriksaan langsung dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Jakarta.
"Hasilnya diterima bisa tiga sampai lima hari, dia yang Meksiko ini kan baru datang ke Sanglah (22/1) dan sekarang sudah tanggal 24 Januari, jadi dua hari sudah datang hasilnya, kalau untuk dua lainnya belum tahu dan belum pasti kapan datang, katanya sore ini," katanya.
Ia menjelaskan saat ini belum ada laporan terkait dengan pasien yang diduga terjangkit virus Corona. "Harapan kami, Bali tidak ada penyakit tersebut sehingga tetap dalam kondisi aman," katanya.
Namun, dalam kondisi apapun, RSUP Sanglah Denpasar siap memberikan penanganan bila ditemukan pasien yang terjangkit virus Corona di Bali dengan menyiapkan dokter spesialis, tenaga kesehatan, lima ruang isolasi di Nusa Indah dan persiapan lainnya.
"Kalau Sanglah sebagai RS rujukan, jadi misalnya kalau ada pasien kan dirujuknya ya ke Sanglah. Kalau kami sudah siap dari segi tenaga medik, perawat, ruangan isolasi dan semuanya sudah siap," kata Dr dr I Ketut Sudartana.
RSUP Sanglah memiliki lima ruang isolasi untuk pasien yang diduga terjangkit coronavirus. Ruangan tersebut berada di ruang Nusa Indah. Selain itu, tenaga kesehatan juga sudah disiapkan mulai dari dokter spesialis yang menangani penyakit dalam, dan penyakit pada orang dewasa dan anak-anak.
Waspada Corona
Sehari sebelumnya (23/1) juga terjadi kehebohan "suspect" serupa di Jakarta, sehingga Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pun memastikan kondisi yang dialami seorang pekerja perusahaan telekomunikasi yang berkantor di Gedung BRI II, Jakarta.
"Tidak terkena virus corona, dia hanya sakit radang tenggorokan biasa, pasien sudah dicek," katanya saat meninjau kantor pusat BRI di Jakarta (23/1).
Menkes mengaku sudah mendapatkan laporan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang juga memastikan pekerja itu tidak mengidap virus corona. "Yang terjadi di BRI ini sakit biasa tapi karena kepanikan saja yang membuat hal itu dibesarkan," katanya.
Saat ini, lanjut dia, karyawan dari China itu menjalani rawat jalan setelah mendapat perawatan medis di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta.
Menkes Terawan mengaku sudah melakukan antisipasi agar virus itu dicegah masuk Indonesia. "Semua alat (pendeteksi suhu tubuh) di bandara siap 24 jam, pelabuhan laut dan juga di darat," ucapnya.
Antisipasi yang maksimal juga dilakukan Pemerintah Provinsi Bali. Pihak Pemprov Bali telah mengeluarkan surat edaran Nomor:556/468/V/Dispar/2020 yang ditujukan kepada pemerintah kabupaten/kota dan rumah sakit untuk kewaspadaan dini terhadap kasus virus Corona itu.
"Rumah sakit juga disiapkan untuk selalu siaga, lengkap dengan sarana/prasarana, SDM, obat dan pelayanan (tempat isolasi) bila ada kasus 'suspect' (diduga)," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati di Denpasar, Jumat (24/1).
Surat edaran resmi Pemprov Bali terkait dengan upaya mengantisipasi dan mewaspadai menularnya kasus penyakit pneumonia yang disebabkan virus corona itu menunjukkan upaya koordinasi dan kerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan Denpasar, otoritas bandara dan pihak maskapai untuk mendeteksi secara dini wisatawan dari China, dengan memasang "thermo scanner" di tempat kedatangan internasional.
"Untuk mencegah penularan lebih lanjut, para wisatawan diharapkan bersedia melalui pemeriksaan kesehatan di bandara apabila diperlukan, sehingga wisatawan yang datang ke Bali dapat berkunjung dengan rasa aman," ucap Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu.
Surat edaran juga telah dibuat dan dikirimkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa ke berbagai pemangku kepentingan pariwisata, sejumlah konsulat jenderal yang ada di Bali, serta pelaku industri pariwisata Bali.
"Kami tidak ingin pelaku pariwisata menjadi resah karena isu virus corona ini. Bagaimana pun kita harus tenang agar pariwisata Bali tetap kondusif," ucap Astawa yang juga mantan Kepala Bappeda Provinsi Bali itu.
Langkah tersebut diambil untuk menghindari kesimpangsiuran informasi di kalangan industri pariwisata, sedangkan surat edaran ke Konjen diharapkan memberi pemahaman kepada wisatawan asing yang bukan berasal dari China untuk tidak takut datang ke Bali. (*)