Malang (ANTARA) - Pemerhati lingkungan yang juga mantan Rektor Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Muhammad Bisri menyatakan kondisi drainase di Kota Malang sudah akut, karena perilaku masyarakat yang abai terhadap lingkungan.
"Kondisi drainase di Kota Malang sudah cukup parah, bahkan bisa dikatakan sangat akut. Buruknya kondisi drainase ini kebanyakan karena perilaku masyarakat yang kurang bijak terhadap lingkungannya," ujar Muhammad Bisri di sela kegiatan Gerakan Angkut Sampah dan Sedimen (GASS) di Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jumat.
Muhammad Bisri yang menjadi salah satu penggagas GASS mengatakan salah satu penyebab buruknya drainase di kota pendidikan itu adalah pendirian bangunan di atas saluran air (drainase), membuang sampah sembarangan serta sikap abai terhadap lingkungan.
Ketua Tim Pertimbangan Percepatan Pembangunan Daerah Kota Malang itu mencontohkan di Jalan Cianjur. Kondisi ini tidak terjadi kalau warga saling mengingatkan untuk menjaga lingkungan dan taat azas.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko mengaku geram dengan kondisi drainase di kawasan Jalan Cianjur tersebut, sebab ada bangunan untuk usaha menutup saluran drainase, sehingga memicu sedimentasi dan saluran air menjadi buntu.
Didampingi Sekkota Wasto, Asisten Administrasi Pembangunan Diah Ayu Kusumadewi, Kepala DLH Rinawati, Kepala DPUPR Hadi Santoso, Camat Klojen Heru, dan Kabag Humas Widianto, Sofyan Edi memerintahkan pembongkaran bangunan tersebut.
"Bongkar dan saya perintahkan kepada DPUPR Perkim untuk segera menormalisasi serta membangun kembali drainase yang ada di titik tersebut. Ini saya perintahkan langsung kepada Pak Soni (Ka DPUPR Perkim) dan Senin (27/1) sudah tertangani," ucapnya.
Sofyan Edi lebih lanjut mengatakan langkah untuk mengurai banjir jika dalam satu kawasan masih belum selesai, harus dilanjutkan terus, sampai menemukan solusi sampai tidak banjir lagi.
Pada kesempatan itu, Sofyan Edi meminta setiap kelurahan harus melaporkan titik-titik mana saja yang kerap terjadi banjir. Nantinya, sistem tersebut akan dimasukkan ke dalam bentuk digital, sehingga penyebab banjir lebih mudah teridentifikasi.
"Selanjutnya, kami bisa mencarikan solusi. Salah satunya adalah sumur injeksi, sehingga permasalahan terkait banjir di Kota Malang perlahan bisa terurai. Harus pelan-pelan, masyarakat juga kita ajak untuk mau peduli dan merawat lingkungannya. Ini harus dijadikan kebiasaan," pungkasnya.