Surabaya (ANTARA) - PT PAL Indonesia (Persero) mengakui indeks "Z Score" di perusahaan galangan kapal Badan Usaha Milik Negara itu rendah sebesar -0,1, sebagaimana diumumkan Kementerian Keuangan belum lama lalu.
Kepala Media Relations PT PAL Indonesia Suryo Wibisono melalui rilis yang diterima wartawan di Surabaya, Jumat malam, mengungkapkan terdapat beberapa penyebab rendahnya nilai Z score PT PAL Indonesia.
Z score sebuah perusahaan dipengaruhi oleh empat rasio, yaitu T1 atau Working Capital to Total Asset, T2 atau Retained Earnings to Total Asset, T3 atau Ernings Before Interest and Tax (EBIT) to Total Assets, dan T4 atau nilai saham terhadap total utang.
"Penyebab skor di PT PAL menjadi negatif adalah T2 dan T3, yaitu retained earnings negatif dikarenakan akumulasi kerugian dari proyek terminasi di masa lalu, tepatnya tahun 2006, yaitu pesanan kapal chemical tanker dari pihak swasta di Italia dan Jerman," katanya.
Baca juga: Program MLM KRI Malahayati di PT PAL masuk tahap Commodore Inspection
Suryo memaparkan, permasalahan dari proyek tersebut adalah didanai dengan kredit perbankan yang di antaranya dalam mata uang dolar AS, yang kemudian terbilang macet.
"Akibatnya, kredit direstrukturisasi hingga saat ini, berdampak pada beban angsuran pokok dan bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan sampai sekarang," ujarnya.
Baca juga: PAL dan Indonesia Power teken kontrak pembangunan pembangkit terapung
Pinjaman restrukturisasi dalam mata uang dolar AS tersebut pada tahun 2018 menyebabkan kerugian kurs yang sangat signifikan.
"Dampaknya angka EBIT juga terkena tekanan, sehingga rasio EBIT to Total Asset yang menjadi perhitungan dalam Z scores juga menjadi sangat rendah," katanya.
Baca juga: PAL bangun kapal rumah sakit pertama
Namun, Suryo menandaskan, di sisi lain sejak tahun 2017 perolehan proyek atau booked order meningkat tajam, sehingga penjualan juga naik dua kali lipat dibanding tahun 2016, yaitu sebesar Rp1.250 miliar dan kembali meningkat menjadi Rp1.582 miliar di tahun 2018. Pencapaian ini diproyeksikan akan semakin meningkat di tahun-tahun mendatang.
"Dampak positifnya adalah cashflow operasional terjaga positif. Kinerja proyek selama tiga tahun terakhir, yaitu 2017 - 2019 relatif bagus. Hal ini tercermin dari gross profit margin atau laba kotor terhadap penjualan tercatat di atas 10 persen," ujarnya.
Kemampuan dalam membiayai operasional, lanjut Suryo, juga terjaga dengan baik, seperti terlihat dari operating profit margin atau laba usaha terhadap penjualan yang tercatat masih positif.
"Namun, setelah menanggung beban lain-lain, termasuk di dalamnya ada kerugian kurs, beban keuangan, dan beban nonoperasional lainnya), maka net profit margin atau laba bersih terhadap sales mulai tercatat negatif," katanya.
Menurut Suryo, dengan strategi yang fokus pada industri pertahanan dan energi, diharapkan pada tahun 2020 PT PAL mampu membukukan laba tahun berjalan yang positif.
Indeks "Z Score" PT PAL rendah akibat proyek "chemical tanker"
Jumat, 6 Desember 2019 22:37 WIB
Pinjaman restrukturisasi dalam US Dollar tersebut pada tahun 2018 menyebabkan kerugian kurs yang sangat signifikan