Surabaya (ANTARA) - Aliansi Pelajar Surabaya menilai metode kerja para pejabat Pemkot Surabaya berupa blusukan atau terjun langsung ke lapangan yang terinspirasi dari gaya Wali Kota Tri Rismaharini bukanlah suatu pencitraan.
Pendiri Aliansi Pelajar Surabaya, Aryo Bagaskoro, di Surabaya, Jumat, mengatakan metode kerja yang diterapkan Rismaharini dan jajarannya di Surabaya memang seperti itu, yakni dengan turun lapangan, cari tahu masalah di masyarakat serta memberikan solusi.
"Itu bukan pencitraan, karena memang pejabat publik seharusnya begitu. Masak kita ingin pejabat publik hanya berdiam di kantor yang ber-AC, tidak mau berpeluh keringat di tengah rakyat?" katanya.
Pernyataan tersebut menanggapi komentar politikus NasDem yang juga Sekretaris Fraksi Demokrat-NasDem, Imam Syafi'i, yang menuding pejabat Pemerintah Kota Surabaya melakukan pencitraan karena sering turun ke rakyat. Hal itu disampaikan Imam Syafii pada saat menanggapi jawaban wali kota atas pandangan fraksi-fraksi terkait RAPBD Surabaya 2020.
Menurut dia, yang diinginkan rakyat kan pejabat publik yang rajin turun ke lapangan. "Artinya, kita bisa bertanya, jika ada yang mengkritik pejabat yang sering ke lapangan, maka kritik itu mewakili suara siapa?" kata peserta terbaik Kursus Politik Cerdas Berintegritas yang digelar KPK ini.
Bagaskoro mengatakan kritik Imam Syafi'i kepada Kepala Bappeko Eri Cahyadi yang dituding pencitraan karena sering ke lapangan juga tidak relevan. Menurutnya, dengan ke lapangan akan tahu secara riil kebutuhan masyarakat di bawah sehingga perencanaan kebijakan yang dikeluarkan Pemkot Surabaya memang berasal dari kehendak rakyat.
Lagi pula, kata Seno, pejabat Pemkot Surabaya yang rajin turun ke lapangan adalah bagian dari tim birokrasi yang bekerja dalam sebuah sistem. "Kan Bu Risma tidak mungkin bekerja sendiri. Beliau punya tim. Mereka turun ke lapangan karena membantu Bu Risma. Jadi bukan offside seperti ditudingkan oleh Pak Imam Syafii, dan tidak pas jika dikaitkan dengan Pilkada Surabaya," katanya.
Seno meminta wacana politik dibangun berdasarkan data, bukan hanya asal kritik karena asumsi atau sentimen negatif.