Surabaya (ANTARA) - Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Kalimat Sumpah Pemuda kembali diperdengarkan pada pekan ini, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Lazimnya, seperti peringatan hari besar lainnya, selalu dilaksanakan dengan upacara sebagai bentuk penghormatan dari hari besar itu.
Saat itu, tepatnya 28 Oktober 1928, berlangsung Kongres Pemuda dan menjadi hari lahirnya Sumpah Pemuda. Ini menjadi bukti bahwa perjuangan pemuda dalam mengupayakan kemerdekaan telah berlangsung sebelum Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Bergeser dari makna hakiki Sumpah Pemuda tetap berpandangan untuk membela Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kini, generasi sudah berubah, peradaban juga sudah bergeser. Pembelaan terhadap Tanah Air tak harus berjuang dengan berdarah-darah. Apa yang dihadapi saat ini jauh lebih berat dan komplek.
Euforia menyambut Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober tak hanya dilaksanakan dengan upacara. Lebih dari itu, banyak agenda besar yang harus dilaksanakan sejak dini.
Ancaman bahaya narkoba, misalnya, Gerakan Nasional Antinarkotika (Granat) Jawa Timur mencatat dari 10 orang pemuda, sebanyak 7,5 persen di antaranya terpapar bahaya narkoba.
Kini, ancaman itu semakin nyata, semakin kuat kalau tidak diimbangi dengan pemahaman akan bahaya narkoba sejak dini. Kurikulum bahaya narkoba juga terus dilakukan di sekolah-sekolah. Supaya pemuda sekarang paham, karena ujung tombak sebuah bangsa adakah generasi muda.
Lain narkoba, ancaman saat ini yang semakin kuat adalah pengaruh informasi hoaks, yang dengan cepat dan mudah beredar di masyarakat, terutama generasi muda. Pemuda yang secara emosional masih labil, belum bisa berfikir secara jauh dan jernih, sangat mudah untuk terpapar informasi hoaks.
Dari jempol mereka, informasi tak bertanggung jawab bisa diteruskan tanpa berfikir panjang akan dampak yang bisa ditimbulkan. Dari jempol mereka pula ancaman hukuman bisa terjadi.
Kecepatan informasi saat ini bagai pedang bermata dua. Kalau dimanfaatkan dengan bijak, bisa sangat berguna. Namun, kalau itu tidak dimanfaatkan dengan baik, tentunya akan berdampak buruk.
Jadi, apa yang bisa dilakukan generasi muda di masa mendatang? Semua itu tergantung pada jempolnya masing-masing. Semoga