Malang (ANTARA) - Wali Kota Malang Sutiaji menyatakan wisata halal yang terus dikembangkan di daerahnya tidak mengarah pada radikalisme, namun menjamin pada konsumen akan kehalalan sebuah produk, baik bahan maupun prosesnya.
"Masalah wisata halal ini harus kami jelaskan dengan 'gamblang' dan harus kami sebarkan kepada masyarakat luas agar tidak terjadi kesalahpahaman," kata Sutiaji saat membuka bazar wisata halal di kawasan Balai Kota Malang, Senin.
Bazar wisata halal yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Malang di sepanjang Jalan Gajah Mada pada 21-22 Oktober itu rangka memperingati Hari Santri Nasional 2019.
Baca juga: Kemenpar-Pemkot Malang gencarkan sosialisasi industri wisata halal
Lebih lanjut, Sutiaji mengatakan wisata halal yang dimaksud tidak mengarah pada radikalisme, namun memberikan jaminan kepada seluruh konsumen akan setiap produk kuliner yang dbeli.
"Saya kira Malang itu Mbois Ilakes (mbois sekali=bahasa khas Malangan yang dibalik), dengan kreasi masyarakat yang luar biasa, tidak salah jika Kota Malang menjadi Kota Kreatif di Indonesia. Namun, hari ini kita fokuskan pada sertifikasi halal bagi restoran dan hotel, termasuk UMKM yang ada di kota ini," ujar politikus Partai Demokrat.
Sebab, lanjut Sutiaji, sudah ada Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah (PP)-nya dan ketika sudah ada sertifikasi halal, produk bersangkutan memiliki nilai tambah. Selain itu, ada jaminan bagi konsumen bahwa yang di minum dan di makan berlabel halal itu benar-benar sesuai dengan prosedur dan mendapatkan sertifikasi halal.
Baca juga: Kota Malang Bersiap Menjadi Destinasi Wisata Halal
Pemkot Malang melalui Disparbud terus mengampanyekan wisata halal di kota tersebut, termasuk di kawasan Malang heritage. Kota Malang ingin membawa destinasi wisata halal menjadi daya ungkit tersendiri untuk meningkatkan wisatawan, baik mancanegara maupun domestik.
Dan, kata Sutiaji, ke depan pihaknya ingin mengangkat UMKM, karena salah satu syarat destinasi wisata halal tersebut ada beberapa instrumen hotel yang harus berstandar halal. Selanjutnya, makanan, terutama ada restauran halal.
"Di Malang terkenal bakso, belum ke Malang kalau belum makan bakso, tapi ketika ditanya bakso mana yang halal kita susah jawabnya. Ada tempat bakso yang ditulisi halal, namun apakah sudah mengikuti standar sertifikasi halal apa belum," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Disparbud Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni menuturkan penyelenggaraan bazar wisata halal ini bertujuan untuk memperkuat Kota Malang menjadi destinasi wisata halal unggulan. Selain itu, juga untuk menyemarakkan peringatan Hari Santri Nasional 2019.
"Kami melaksanakan sosialisasi sertifikasi halal bagi produk makanan, khususnya oleh-oleh yang akan dikonsumsi wisatawan saat berkunjung ke Kota Malang," kata Ida Ayu.
Saat ini Pemkot Malang sedang mengajukan legalitas halal bagi 30 dapur hotel dan restoran di Kota Malang ke LPPOM Provinsi Jatim.
Sutiaji: Wisata halal Kota Malang tidak mengarah pada radikalisme
Senin, 21 Oktober 2019 22:22 WIB
Masalah wisata halal ini harus kami jelaskan dengan 'gamblang' dan harus kami sebarkan kepada masyarakat luas agar tidak terjadi kesalahpahaman