Surabaya (ANTARA) - Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Luki Hermawan mengapresiasi tidak ada pelajar di wilayah setempat yang ditahan karena bertindak anarkis saat melakukan unjuk rasa menolak sejumlah rancangan undang-undang beberapa waktu lalu.
"Saya mengapresiasi pelajar di wilayah Jatim, sampai saat ini tidak ada satu pun pelajar yang ditahan, yang ditangkap aparat kepolisian karena ikut unjuk rasa anarkis dan sebagainya," kata Luki saat pertemuan Forkopimda Jatim dengan ribuan pelajar dan OSIS di Mapolda setempat, Rabu.
Dalam kesempatan itu, Luki berterima kasih kepada guru yang telah membimbing para pelajar dengan baik, sehingga para pelajar bisa fokus mengikuti sejumlah pelajaran, tanpa terpengaruh dengan informasi hoaks yang ada.
"Saya sangat terkesan sekali, di Jatim ini bimbingan guru yang sangat intens sehingga pelajar saat ini di Jatim bisa mengikuti semua kegiatan dan tidak terpengaruh dengan ajakan dan berita hoaks yang saat ini terus tersebar di handphone kita semua," tuturnya.
Kapolda juga mengingatkan agar pelajar menjadi pilar utama dalam melawan hoaks atau berita bohong, karena pelajar merupakan insan terdidik yang bisa menyaring informasi.
"Kita harus bisa mengikuti perkembangan digital yang luar biasa. Tapi, kita harus bisa menahan diri, kita bisa memanfaatkan perkembangan teknologi untuk kepentingan keberhasilan kita, bukan untuk mengadu domba," ucapnya.
Dari pertemuan ini, Luki berharap akan muncul banyak tokoh besar dari Jatim, yang lahir dari generasi emas pelajar.
"Dari sini adik-adik semuanya akan menjadi TNI, menjadi Polri, menjadi ketua DPR, menjadi jaksa, pasti ada. Saya sumpahin pasti ada. Saya berharap dari Jatim akan muncul tokoh bangsa, akan muncul pimpinan bangsa kita yang akan memimpin pemerintahan dari Jatim, apa lagi terlahir dari ponpes," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengajak pelajar yang merupakan generasi milenial untuk tetap menjaga kebhinnekaan. Sebab menurutnya kebhinnekaan adalah kekuatan terbesar Indonesia.
Maka dari itu, Khofifah meminta segala perbedaan jangan sampai menjadi pemicu yang kemudian menimbulkan, intoleransi, kemungkinan anarkisme dan kemungkinan disintegrasi di antara rumpun budaya yang ada.
"Mari kita jadikan (kebhinnekaan) ini sebagai sumber efektif untuk bisa membangun seluruh energi positif yang dimiliki, terutama oleh para generasi Z. Kalau kita menyiapkan 2045 Indonesia emas, artinya mulai saat ini generasi ‘Z’ nya sudah harus mulai banyak berinteraksi," kata dia.