Surabaya (ANTARA) - Gaya hidup sehat masyarakat perkotaan terus disosialisasikan oleh tim medis dari rumah sakit milik Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur.
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soewandhie Surabaya, drg Rince Pangalila, MKes di Surabaya, Senin mengatakan, pihaknya rutin 3-6 bulan sekali menggelar pelatihan bagaimana memeriksa bantuan hidup dasar, edukasi hidup sehat dan pemeriksaan gula darah.
"Kami bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra, lalu kami mengerahkan tim dari RSUD dr Soewandhie 50 orang dokter spesialis dan perawat," kata Rince.
Sebanyak 50 dokter dan perawat tersebut, lanjut dia, bertugas memberikan edukasi kepada sejumlah masyarakat yang hadir. Untuk mempermudah pemahaman warga, lanjut dia, pihaknya menggunakan beberapa manekin (boneka manusia).
"Petugas dari kami memberikan pengarahan dan memberikan pelatihan sampai para peserta faham betul, jadi dipraktikkan sampai benar-benar bisa," katanya.
Menurutnya, terakhir pihaknya menggelar kegiatan tersebut di Taman Bungkul Jalan Raya Darmo, Surabaya pada Minggu (29/9) bertepatan dengan peringatan World Heart Day (Hari Jantung sedunia). Acara tersebut diikuti sekitar 200 peserta terdiri dari perwakilan petugas Puskesmas se-Surabaya dan masyarakat umum.
Dokter spesialis Jantung RSUD dr Soewandhie Surabaya, dr Samuel Sudanawidjaja, Sp.JP menyampaikan, dalam memberikan penanganan bantuan hidup dasar ini dibutuhkan penanganan cepat dan tepat. Pertama yang harus dilakukan adalah pijatan jantung.
"Pijatan jantung ini harus tepat dan dilakukan secara terus menerus sebelum ada reaksi dari korban atau sebelum pertolongan yang lebih besar datang menangani," kata Samuel.
Samuel mencontohkan, pijatan jantung ini bisa dipraktikkan ketika tiba-tiba ada orang yang mengalami henti jatung, misalnya saat jogging. Maka dari itu, pijatan jantung ini wajib dilakukan, sebab jika dibiarkan henti jantung, maka aliran darah juga akan terhenti, sehingga dari situ dapat mengakibatkan kerusakan pada otak.
"Pijat jantung prinsipnya itu dilakukan selama pasien masih belum ada respon. Ini kan bantuan hidup dasar tapi perannya sangat besar sekali," katanya.
Selain pijat jantung, Samuel mengatakan, peserta juga diajarkan memberikan nafas buatan untuk korban. Namun upaya itu tidak harus dilakukan jika penolong tidak bersedia memberikan nafas buatan terhadap korban.
"Yang paling penting pijat jantungnya jangan sampai berhenti," ujarnya.
Menurutnya, penangan ini sangat diperlukan. Selain itu, pemahanan ini juga harus dimiliki oleh setiap orang, tidak hanya petugas Puskesmas saja.
"Jadi kita bisa menolong siapa pun dan dimana pun dengan cepat dan tepat," katanya.
Ia berharap, dari edukasi semacam ini, masyarakat dapat menularkan pelatihan ini kepada orang-orang terdekatnya. Harapannya, masyarakat dapat memberikan pertolongan pertama jika terjadi kedaruratan bidang jantung.
"Intinya jika terjadi henti jantung mereka paham bisa memberikan pertolongan pertama yang tepat jadi kemungkinan orang untuk ditolong itu lebih besar," katanya. (*)