Malang (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong sepenuhnya munculnya para eksportir produk pertanian dari kalangan milenial guna meningkatkan volume ekspor Tanah Air.
"Sebagai terobosan baru Kementan, kita harus memberikan dukungan penuh atas semangat pak Menteri Pertanian (Andi Amran Sulaiman) dalam menggenjot ekspor produk pertanian," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi dalam rilis yang diterima di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Menurut dia, upaya strategis peningkatan dan percepatan ekspor komoditas pertanian menjadi modal bagi bangsa Indonesia. Selain itu, Indonesia beruntung bahwa bangsa ini dianugerahi kekayaan alam yang melimpah, terutama hasil pertanian.
Ia mengatakan Kementan terus berupaya meningkatkan produk ekspor pertanian dengan menggali produk-produk ekspor baru serta mendorong tumbuhnya eksportir baru dari kalangan milenial. Meningkatkan jumlah eksportir di kalangan generasi milenial dilakukan dengan cara mendorong kreativitas mereka meningkatkan produksi yang layak ekspor.
"Kita gerakkan petani milenial melalui Balai-Balai Pelatihan Pertanian serta Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan). Kita ciptakan 'job seeker dan job creator' yang siap mengguncang dunia dengan kreativitas dan produktivitas generasi milenial pertanian Indonesia," ucap Dedi.
Dedi mengatakan kaum milenial akan didorong untuk dapat meningkatkan diversifikasi atau keberagaman komoditas/produk dengan minimal produk setengah jadi, bahkan sampai jadi.
"Sesuai instruksi Menteri Pertanian, BPPSDMP akan terus melakukan upaya khusus untuk menciptakan generasi muda milenial di sektor pertanian ," tutur Dedi.
Kementan saat ini sudah memiliki enam Polbangtan, di antaranya Polbangtan Medan, Bogor, Yogyakarta–Magelang, Malang, Gowa, dan Polbangtan Manokwari. "Sebentar lagi kita memiliki Politeknik Enjinering Pertanian (PEPI)," ucapnya.
Para lulusan Polbangtan ini, kata Dedi, yang dicetak menjadi job seeker dan job creator di Pertanian.
Polbangtan dan PEPI merupakan lembaga pendidikan vokasi pertanian yang diarahkan menjadi universitas kelas dunia guna mempersiapkan tenaga kerja pertanian yang siap kerja (job seeker) maupun siap menjadi wirausaha pertanian (job creator).
Saat ini, lanjutnya, terjadi pergeseran paradigma lulusan, tidak lagi "based on supply" melainkan "demand driven", mewadahi adanya wacana terkait regenerasi petani dan peningkatan minat generasi muda milenial berkecimpung di sektor pertanian.
"Balai pelatihan yang kita miliki juga akan didorong untuk mencetak petani-petani muda andal yang siap membantu menambah pundi-pundi devisa negara dengan ekspor produk-produk pertanian," tuturnya.
Ia mengatakan peningkatan kualitas dan kuantitas generasi muda pertanian milenial selaras dengan visi Kementan dalam meningkatkan produksi dan daya saing pertanian yang berorientasi ekspor serta mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045, berbasis sumber daya lokal dengan fokus pada pengembangan komoditas strategis pertanian, yaitu padi, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai, sapi, tebu, kakao, kopi, dan rempah lainnya.
Dedi menekankan di era keterbukaan informasi pada industri 4.0, sistem informasi pertanian dan mekanisasi pertanian menjadi tools yang sangat strategis bagi Polbangtan dan PEPI, serta Balai Pelatihan dalam upaya menghasilkan lulusan yang adaptif terhadap teknologi, siap terjun ke dunia kerja dan wirausaha agribisnis, berorientasi ekspor, serta menjadi agen perubahan dalam pembangunan pertanian, utamanya penyebaran informasi pertanian bagi stakeholders dan modernisasi pertanian.
"Pengembangan sistem informasi pertanian (ICT, IoT, artificial intelligent) diperuntukkan bagi kepentingan penyebaran informasi, baik secara internal maupun eksternal dengan tujuan memberikan layanan terhadap informasi secara cepat, tepat, akurat, dan kekinian yang dapat mendukung institusi dalam pengambilan keputusan," pungkas Dedi. (*)
Kementan dorong munculnya eksportir milenial produk pertanian
Kamis, 8 Agustus 2019 19:26 WIB