Surabaya (ANTARA) - Beberapa saat sebelum terbang menuju Osaka, Jepang, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Presiden Joko Widodo memberikan pernyataan kepada awak media terkait putusan Mahkamah Konstitusi soal sengketa Pemilu Presiden 2019. Pada kesempatan itu, Jokowi didampingi KH Ma'ruf Amin, calon wakil presiden yang menjadi pasangannya pada Pilpres 2019.
"Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu kembali bersama-sama membangun Indonesia, bersama-sama memajukan negara Indonesia, Tanah Air kita tercinta," kata Jokowi dalam pidatonya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (27/6) malam.
Mahkamah Konstitusi melalui putusannya menyatakan menolak seluruh permohonan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno terkait PHPU Presiden dan Wakil Presiden 2019.
Putusan itu secara tidak langsung menetapkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2019-2024, berdasarkan keputusan hasil rekapitulasi nasional Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Putusan MK juga sekaligus mengakhiri "keramaian" pesta demokrasi yang berlangsung beberapa bulan dan telah menguras banyak energi elemen bangsa. Selama beberapa bulan juga, rakyat Indonesia seakan terpecah menjadi dua kelompok, yakni kelompok pendukung 01 dan kelompok pendukung 02. Bahkan di media sosial, ada juga sebutan "cebong" untuk pendukung 01 dan "kampret" untuk pendukung 02. "Perang" kedua kelompok ini begitu gencar di ranah medsos, hingga tidak sedikit muncul hoaks yang saling menyudutkan.
Dibanding pilpres sebelumnya, bisa jadi Pilpres 2019 menjadi ajang perebutan kursi presiden dan wapres yang paling "panas", bahkan menguras emosi sebagian rakyat Indonesia. Pada Pilpres 2014 dengan dua capres yang sama Jokowi dan Prabowo Subianto, situasi politik tidak sampai sepanas sekarang. Tidak juga ada demo ricuh hingga ada korban nyawa.
Semoga setelah Mahkamah Konsitusi menjatuhkan putusan final terkait sengketa pilpres, situasi politik yang panas bisa kembali dingin dan tenang. Tidak ada lagi pendukung 01 atau 02, cebong atau kampret. Sekarang semuanya kembali bersatu menjadi rakyat Indonesia, termasuk para elite politik yang selama ini berseteru di ajang pilpres.
Jangan ada lagi pertikaian dan mari bersama-sama mengawal presiden dan wapres terpilih untuk memimpin serta membangun negeri ini agar menjadi lebih maju, lebih sejahtera, lebih adil, dan mampu bersaing dengan negara maju lainnya. (*)